Thursday, October 15, 2009

Membangun Kebudayaan Indonesia

Membangun kebudayaan Indonesia adalah ide besar yang melibatkan segenap aktifitas kemasyarakatan di Indonesia. Membangun kebudayaan Indonesia berarti membangun kemandirian pangan dan energi agar segenap aktifitas kemasyarakatan di Indonesia bisa berjalan dengan lancar dan potensi masyarakat bisa digali sebesar-besarnya.

Masyarakat yang akan dibangun adalah masyarakat yang bersifat kolektif berlandaskan semangat kebersamaan namun ditenagai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Kemandirian, efisiensi dan kecepatan bereaksi secara tepat terhadap situasi yang dihadapi merupakan target yang ingin dicapai dalam kehidupan masyarakat di semua bidang yang mereka geluti. Aktifitas produksi, transportasi, rekreasi, edukasi, komunikasi dan administrasi akan diarahkan menuju target tersebut. Unsur-unsur tradisional yang masih relevan untuk dipertahankan dalam aktifitas kemasyarakatan akan diperkuat dengan sistem pengelolaan yang bersifat kolektif dan sederhana.

Aktifitas produksi di dalam masyarakat mencakup sektor-sektor yang sangat beragam sehingga hanya prinsip dasarnya saja yang bisa diajukan secara khusus di sini. Di samping itu, dalam pembahasan mengenai berbagai bidang nanti akan terselip juga pembahasan tentang aktifitas produksi di sana-sini tanpa memisahkannya dengan uraian tentang bidang yang bersangkutan.

Prinsip utama untuk aktifitas produksi adalah bagi kegiatan yang membutuhkan modal dan sarana yang berskala besar, mau tidak mau harus digarap oleh pemerintah atau badan usaha yang memang memiliki kapasitas yang dibutuhkan. Aktifitas produksi yang sudah memungkinkan untuk digarap oleh unit-unit usaha berskala kecil secara efisien akan didorong penggarapannya oleh masyarakat.

Selanjutnya, uraian tentang hal membangun kebudayaan Indonesia akan dibatasi sejauh target dan landasan pemikirannya saja.

Membangun kemandirian pangan

Fokus utama di dalam pembangunan kemandirian pangan adalah memenuhi kebutuhan pangan bangsa Indonesia berdasarkan pemanfaatan sumber pangan yang bisa dikembangkan di Indonesia. Ini berarti mengerahkan upaya untuk meningkatkan produksi pangan di dalam negeri sambil menekan penggunaan bahan pangan yang sumbernya tidak bisa dikembangkan di dalam negeri.

Dalam hal meningkatkan produksi pangan dalam negeri, target yang akan dikejar adalah swasembada karbohidrat (yang berfokus pada beras), serat (baik dari sumber di lahan darat maupun laut), protein (baik yang nabati maupun yang hewani), dan unsur-unsur lainnya. Sedangkan dalam hal menekan pemakaian bahan pangan yang sumbernya tidak bisa dikembangkan di Indonesia, perlu digarisbawahi bahwa upaya ini tidak diarahkan untuk menghapuskan keberadaan bahan-bahan pangan tersebut dari wilayah Indonesia. Upaya tersebut hanya akan diarahkan untuk menjadikan pemakaian bahan-bahan ‘asing’ itu sebagai bahan pelengkap saja.

Contoh kasus bagi bahan pangan yang bersumber dari tanaman yang tidak bisa dikembangkan di Indonesia adalah tepung terigu yang berasal dari gandum. Selama ini kita sudah salah arah di dalam mengembangkan produk-produk makanan olahan. Popularitas bahan baku yang bersumber dari tanaman luar negeri, terutama gandum, sudah masuk terlalu jauh ke dalam wilayah kuliner kita. Produk mie instan, roti dan jajanan tradisional sudah dijajah oleh bahan tepung terigu. Ini adalah kesalahan yang sangat fatal. Gandum bukanlah tanaman yang bisa dikembangkan di negara kita. Untuk mendapatkannya, kita harus mengimpor dari negara lain. Jika kita tidak menghadang popularitas tepung terigu, maka kita akan mengalami ketergantungan – dalam nilai yang besar – selama-lamanya terhadap produk dari negara lain. Sebenarnya masih banyak bahan baku lokal yang bisa diangkat untuk menyaingi popularitas tepung terigu. Tepung beras memiliki cita rasa yang khas dan harus kita kembangkan sebagai produk tandingan bagi tepung terigu. Gaplek juga bisa diandalkan untuk menyaingi tepung terigu. Di samping dua macam bahan baku ini, tentunya masih banyak bahan baku lain yang bisa diangkat untuk menggantikan peranan tepung terigu. Membiarkan tepung terigu merajalela dan mendominasi industri pengolahan makanan sama artinya dengan menggadaikan perut bangsa ini ke tangan bangsa lain. Jika kita mau menjalankan penelitian untuk mengembangkan bahan pengganti tepung terigu, maka kita sudah berhasil mengatasi salah satu bentuk dominasi terselubung dari bangsa asing terhadap bangsa kita.

Kedelai adalah contoh kasus yang lebih menyedihkan lagi. Bahan ini sebenarnya bisa dikembangkan di Indonesia. Masalah yang dihadapi hanya sebatas kalah kualitas melawan kedelai yang dikembangkan di daerah subtropis. Kedelai yang didatangkan dari daerah subtropis memang memiliki keunggulan dalam hal ukuran dan kemampuan mengembang saat difermentasikan. Para produsen tempe lebih suka memakai keledai impor daripada yang lokal karena bisa menghasilkan lebih banyak tempe dibandingkan kedelai lokal. Hal ini tidak dapat kita salahkan begitu saja. Keunggulan yang dimiliki oleh kedelai impor memang membuat kedelai lokal tidak laku di kalangan produsen tempe. Akan tetapi hal ini tidak boleh dibiarkan terus berlangsung. Pengembangan varietas kedelai lokal bukanlah hal yang sukar untuk dilaksanakan. Kita harus mampu untuk menampilkan varietas kedelai lokal yang kualitasnya sanggup bersaing dengan kedelai yang berasal dari daerah subtropis. Berbahaya sekali jika produk pangan yang begitu dekat dengan kehidupan masyarakat ternyata mengandalkan bahan baku impor. Ini adalah masalah yang seharusnya menjadi pokok keprihatinan kita bersama. Baik pihak pemerintah maupun masyarakat perlu bahu membahu dalam mengembangkan varietas kedelai lokal yang kualitasnya akan diminati oleh produsen tempe kita.

Contoh mengenai bahan pangan yang sumber asalnya adalah dari luar negeri namun bisa dikembangkan di Indonesia jumlahnya cukup banyak. Kentang adalah salah satu dari bahan pangan yang sebenarnya berasal dari luar negeri akan tetapi bisa dikembangkan di Indonesia. Dalam hal ternak, ada sangat banyak jenis ternak yang asalnya dari luar negeri akan tetapi bisa dikembangkan di Indonesia. Untuk bahan-bahan pangan yang semacam ini, kita perlu mengupayakan untuk mencapai tingkat ketersediaan yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dari usaha budi daya lokal.

Program-program peningkatan produksi bahan pangan disusun untuk diterapkan di level kelompok tani. Kolektifitas akan ditumbuhkan melalui program-program tersebut. Semangat kepemilikan bersama, usaha bersama dan visi bersama adalah hal-hal yang akan ditanamkan berbarengan dengan pelaksanaan program-program tersebut. Semangat gotong royong, yang selama ini telah dilemahkan oleh konsep kepentingan pribadi dari paham kapitalisme, akan dibangkitkan kembali melalui program-program yang diarahkan pada kelompok-kelompok tani. Posisi tawar kaum tani yang telah dihancurkan oleh konsep persaingan bebas, akan diperkuat lewat pemberdayaan kelompok-kelompok tani. Ibarat sapu lidi, kondisi kaum tani sekarang ini sedang berada dalam keadaan tercerai-berai sehingga tidak memiliki kekuatan di dalam membela kepentingan mereka. Batang-batang lidi yang sudah tercerai-berai itu akan disatukan kembali dalam bentuk ikatan kelompok-kelompok tani.

Dengan bersatu membangun kelompok yang hidup dan saling mendukung, ada berbagai manfaat yang bisa mereka capai. Mereka bisa mengembangkan variasi produk dalam waktu yang bersamaan dengan aktifitas inti mereka bercocok tanam. Jika sebelumnya jenis usaha maupun kegiatan yang bisa mereka kerjakan sendiri-sendiri tidak banyak, dengan membangun kelompok mereka bisa mengerjakan lebih banyak lagi jenis usaha maupun pekerjaan secara bersama-sama. Program-program diarahkan untuk memberi kesempatan bagi para anggota kelompok untuk belajar membangun kerja sama baik di dalam pengembangan variasi produk, belajar berorganisasi secara tertib, belajar membangun visi tentang kepentingan bersama, belajar mengambil keputusan bersama sambil menikmati tambahan penghasilan dari kegiatan yang disediakan oleh program-program tersebut. Jadi, kebersamaan yang akan dibangun adalah kebersamaan yang memang memberikan hasil, bukan kebersamaan yang hampa.


Di sisi lain, karena negara kita adalah negara kepulauan yang didominasi oleh luas lautnya, maka kita juga perlu memberi perhatian yang lebih besar lagi pada sektor perikanan laut. Popularitas daging ikan laut sebagai sumber protein hewani perlu ditingkatkan. Pemerintah harus menggalang kampanye menggalakkan konsumsi ikan laut. Ikan laut bukanlah produk eksotis, ia bisa dijadikan sumber protein hewani yang sangat mencukupi kebutuhan masyarakat.

Dukungan fasilitas penangkapan dan teknologi pe_meta_an sebaran ikan akan sangat meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Rumpon-rumpon yang membantu konsentrasi serta perkembangbiakan plankton juga perlu diperbanyak. Dan semua dukungan tersebut perlu disalurkan dengan biaya pemanfaatan yang semurah mungkin bagi para nelayan. Di sisi lain, pembangunan industri pengolahan ikan hasil tangkapan juga perlu ditingkatkan sehingga para nelayan tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil tangkapan mereka.

Di luar masalah peningkatan hasil tangkapan dan penyerapannya itu, kita juga perlu memikirkan tentang masalah pengamanan wilayah laut kita. Sudah bukan rahasia lagi bahwa wilayah laut kita ini merupakan lahan pencurian kekayaan negara yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Para nelayan dari negara-negara seperti Thailand, Taiwan dan Korea adalah sebagian dari mereka yang kerap mencuri ikan di wilayah perairan kita. Persoalan ini muncul karena kita kekurangan fasilitas patroli. Untuk itu, pemerintah wajib menganggarkan penambahan jumlah kapal patroli sehingga kekayaan laut kita tidak menjadi ajang penjarahan nelayan asing lagi. Di samping itu, mentalitas aparat yang menjalankan tugas pengamanan laut juga perlu diperhatikan, karena keleluasaan nelayan asing dalam menjarah kekayaan laut kita sebagian juga disebabkan oleh kelemahan aparat di dalam menegakkan hukum.

Peningkatan jumlah pasokan bahan pangan perlu diantisipasi dengan merangsang pembentukan serta memperbanyak unit-unit usaha kecil yang mengolah bahan pangan. Unit-unit usaha pengolah bahan pangan ini akan berfungsi sebagai salah satu penyerap utama hasil usaha tani dan nelayan dan juga sebagai salah satu pusat penelitian teknik pengolahan bahan pangan. Kreatifitas para pengusaha yang mengolah produk makanan olahan akan sangat membantu peningkatan popularitas bahan pangan yang bersumber dari hasil budi daya dan tangkapan lokal. Mungkin mereka tidak tahu apa itu metode penelitian ilmiah, akan tetapi kreatifitas ide mereka di dalam mengolah bahan pangan bisa kita samakan seperti kreatifitas ide seorang peneliti yang sedang bekerja di laboratorium, oleh karenanya, peranan mereka di dalam bidang penelitian juga perlu kita akui. Pemerintah perlu mendorong mereka untuk lebih bersemangat lagi mengembangkan variasi produk dengan bahan baku hasil budi daya dan tangkapan lokal.

Di samping itu, peranan BULOG sebagai lumbung nasional sekaligus penjaga kestabilan harga juga akan diperkuat. Kekuatan BULOG di dalam menjaga kestabilan harga bahan pangan harus dipertahankan sehingga rakyat umum dan para petani tidak sampai dirugikan. Harga bahan pangan yang terlalu rendah jelas akan merugikan petani, sedangkan harga bahan pangan yang terlalu tinggi jelas akan mengganggu konsentrasi masyarakat dalam mengembangkan bidang-bidang lain di luar urusan mengejar penghasilan demi mengisi perut saja.

Membangun Kemandirian Energi

Pembangunan kemandirian energi dilandasi oleh perkembangan teknologi sekarang ini yang sudah cukup efisien untuk membangun fasilitas-fasilitas pembangkit listrik berkapasitas kecil untuk memenuhi kebutuhan listrik skala desa maupun kecamatan di tempat-tempat yang memungkinkan untuk itu.

Sumber listrik berkapasitas besar masih akan ditangani secara terpusat oleh negara, dalam hal ini oleh PLN. Sumber-sumber tenaga listrik akan diutamakan yang berasal dari alam seperti kekuatan arus selat, sungai besar dan panas bumi. Sedangkan potensi listrik berkapasitas kecil akan diarahkan untuk dikembangkan oleh masyarakat sehingga bisa memberi kesempatan bagi masyarakat untuk bersama-sama mengelola sumber energi bagi mereka.

Sumber listrik berkapasitas kecil yang sudah layak untuk dikembangkan secara massal sekarang ini baru potensi mokrihidro. Memang masih ada ada potensi sumber listrik lainnya seperti aliran angin dan sinar matahari, akan tetapi kedua potensi tersebut masih mahal untuk jadikan sumber listrik bagi masyarakat seukuran desa atau kecamatan. Dalam jangka panjang, kedua potensi itu mungkin sudah bisa dibangun secara murah dalam skala kecil.

Pembangunan instalasi mikrohidro bagi wilayah-wilayah yang sudah dijangkau oleh jaringan listrik negara mungkin akan dipandang sebagai suatu pemborosan. Untuk jangka pendek, tindakan ini memang bisa dipandang sebagai suatu pemborosan. Akan tetapi, dalam jangka panjang, tindakan ini sangat menguntungkan bagi kebijakan alokasi listrik yang diproduksi oleh PLN. Dengan adanya kemandirian sumber listrik bagi desa-desa yang memiliki potensi sumber listrik, maka PLN bisa lebih memusatkan perhatiannya untuk menyediakan listrik bagi kawasan perkotaan dan desa-desa yang tidak memiliki potensi pembangkit listrik mandiri. Dan instalasi jaringan tiang-tiang listrik yang sudah dibangun oleh PLN bisa dimanfaatkan oleh desa-desa yang mandiri listrik untuk keperluan distribusi tenaga listrik bagi masyarakat mereka. Kemandirian pengadaan sumber listrik ini sendiri nantinya akan dijadikan dasar untuk proses belajar bersama membangun kolektifitas di dalam pengelolaan sumber energi bagi masyarakat yang bersangkutan.

Pada masa Perang Dunia II pernah terjadi satu peristiwa pemboman terhadap tiga instalasi waduk yang menjadi sumber tenaga listrik utama bagi industri Jerman. Dampak dari pemboman ini sangat memukul kemampuan industri Jerman dalam berproduksi. Kehidupan masyarakat Jerman sendiri sempat mengalami hambatan untuk beberapa waktu, sampai ketiga waduk itu selesai diperbaiki. Pengalaman Jerman ini bisa kita jadikan bahan pelajaran bahwa pemusatan sumber-sumber energi listrik mungkin akan sangat menguntungkan secara ekonomi. Akan tetapi jika terjadi masalah dengan pusat instalasi listrik tersebut, maka dampak yang ditimbulkannya terhadap beragam aktifitas kemasyarakatan yang sangat mengandalkan sumber energi dari pusat-pusat instalasi listrik tersebut akan luas sekali. Pengembangan kemandirian listrik bagi wilayah-wilayah yang memiliki potensi pembangkit tenaga listrik akan sangat meredam dampak tersebut jika pusat-pusat tenaga listrik yang besar menghadapi masalah. Jadi, pembangunan instalasi mikrohidro ini selain bermanfaat untuk menumbuhkan kemandirian sumber listrik, menumbuhkan semangat kolektifitas di kalangan masyarakat yang mengelolanya, membantu kebijakan alokasi listrik hasil produksi PLN, juga bermanfaat memperkecil dampak yang ditimbulkan jika terjadi masalah dengan instalasi listrik berkapasitas besar milik negara.


Dalam hal pengadaan bahan bakar minyak, potensi biodiesel memang pernah ramai dibicarakan. Bahan bakar fosil memiliki keunggulan dalam hal kapasitas produksi dan tingkat oktan untuk masa sekarang ini. Akan tetapi bahan bakar fosil ini memiliki satu kelemahan utama yaitu tidak dapat diperbarui. Akan tiba saatnya di mana tambang-tambang minyak bumi tidak berproduksi lagi. Jika prospek ini tidak diantisipasi, maka kita bisa menghadapi keadaan yang sangat suram pada saat minyak bumi tidak bisa diandalkan lagi. Bahan bakar yang diperoleh dari sumber-sumber yang regeneratif memiliki keunggulan mampu diperbarui walaupun kapasitas produksi dan tingkat oktannya masih kalah jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil untuk masa sekarang. Pengembangan bahan bakar dari tanaman sekarang ini masih terbatas pada minyak biodiesel dan methanol. Untuk biodiesel, potensi yang layak dipertimbangkan adalah dari minyak kelapa, minyak sawit dan minyak jarak. Sedangkan untuk methanol, sumber utamanya adalah dari tanaman tebu.

Pemakaian minyak kelapa ataupun minyak sawit akan menimbulkan benturan kepentingan antara bahan bakar dengan bahan pangan dan industri lainnya. Dengan demikian, minyak jarak adalah potensi biodiesel yang paling cocok untuk dikembangkan karena tidak menimbulkan benturan kepentingan tersebut. Sedangkan untuk methanol, mesin-mesin yang bisa ditenagai oleh methanol untuk masa sekarang ini masih berada dalam tahap eksperimen. Kalaupun ada mesin yang sudah memanfaatkan bahan bakar methanol, harganya masih sangat tinggi. Kendaraan-kendaraan hibrida yang mulai mengkonsumsi bahan bakar methanol harganya masih sangat tinggi. Dengan demikian, methanol lebih baik dikembangkan untuk keperluan industri lainnya.


Sebagai tanaman yang mampu tumbuh subur di lahan yang kurang produktif, pohon jarak layak untuk dijadikan tanaman sela di antara pohon-pohon peneduh di pinggiran jalan, juga di bagian-bagian pembatas jalur jalan. Panen bisa dilakukan oleh pemerintah daerah atau oleh masyarakat, penetapannya bisa dipertimbangkan sendiri oleh masing-masing pemerintah daerah.

Pengembangan Minyak biodiesel dari tanaman jarak diadakan dengan cara pemusatan produksi minyak biodiesel ke tangan pemerintah. Pilihan ini memiliki keuntungan skala produksi yang besar dan kebijakan harga yang relatif seragam. Rakyat yang menanam pohon jarak di lahan yang mereka kuasai perlu didorong untuk menjual hasil panen mereka kepada pemerintah. Dengan demikian, masyarakat bisa memperoleh tambahan penghasilan lewat panen buah jarak mereka.

Akan tetapi perlu dipertimbangkan supaya masyarakat jangan sampai mengorbankan lahan produktif untuk menanam pohon jarak. Peraturan yang tegas perlu disusun untuk membatasi lahan penanaman pohon jarak di tempat-tempat yang bukan merupakan lahan tanaman pangan atau hanya sekedar sebagai tanaman pagar saja. Pilihan kebijakan lainnya adalah dengan menjaga agar keuntungan yang diterima oleh masyarakat dari hasil panen buah jarak mereka tidak sampai menggoda mereka untuk mengorbankan lahan tanaman pangan demi menanam pohon jarak. Untuk itu, pemerintah daerah bisa mengembangkan kebijakan harga yang diarahkan untuk bisa memberikan keuntungan kepada masyarakat namun tidak sampai menggoda mereka untuk mengorbankan lahan tanaman pangan.

Bidang-Bidang Lain di Luar Penyediaan Pangan dan Energi

1. Pendidikan

Target utama yang ingin dicapai adalah melahirkan kalangan cendekiawan yang aktif mengembangkan ide-ide kemasyarakatan dan ilmiah. Pada akhirnya nanti, dari kalangan cendekiawan ini diharapkan mampu melahirkan filsafat yang merupakan abstraksi dari berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Untuk bisa mencapai target tersebut, maka kegemaran membaca akan dijadikan sebagai sasaran interim dengan meningkatkan peranan perpustakaan. Perpustakaan yang akan dimasukkan ke dalam program ini adalah perpustakaan sekolah, perguruan tinggi dan perpustakaan daerah. Perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi bukanlah gudang buku ajar. Perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi adalah tempat di mana para murid dan mahasiswa bisa mendapatkan bahan tambahan untuk melengkapi serta membandingkan materi yang mereka dapat dari kelas dan buku ajar. Perpustakaan daerah berperan sebagai tempat di mana masyarakat bisa mengakses informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkenaan dengan bidang yang mereka geluti dan juga bidang-bidang yang mereka minati. Media yang bisa disediakan oleh perpustakaan cukup beragam, mulai dari media cetak sampai ke media audio-visual. Bahan-bahan yang disediakan oleh perpustakaan seharusnya adalah bahan-bahan yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tingkat pendidikan yang dilayaninya. Untuk itu, maka pengelolaan perpustakaan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga khusus yakni para pustakawan yang memang menguasai bidangnya.

Baik perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi maupun perpustakaan daerah harus mendapat dukungan dari segi pendanaan maupun pengadaan materi koleksi. Sistem pengelolaan perpustakaan juga harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu menarik minat murid, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya untuk datang dan menggali informasi dari perpustakaan. Suasana suram, kuno dan tidak up to date sudah harus ditinggalkan oleh perpustakaan. Hanya perpustakaan yang memang menangani materi-materi jaman dahulu saja yang boleh tampil dengan suasana kuno.

Di samping berperan sebagai sumber informasi, perpustakaan juga harus mendorong minat masyarakat untuk turut aktif mengembangkan ide-ide kreatif baik di bidang sosial maupun ilmiah melalui penyelenggaraan forum-forum diskusi rutin dengan jadwal dan tema yang fleksibel. Untuk itu, tata ruang perpustakaan perlu dirancang ulang – jika perlu dibangun ulang – agar bisa mengakomodasi kepentingan ketenangan dalam menggali informasi dan juga keleluasaan di dalam berdiskusi. Dengan demikian, perpustakaan juga akan diarahkan untuk menjadi salah satu pusat think-tank bagi pemerintah daerah dan masyarakat umum.

Sudah saatnya perpustakaan menjadi pusat penggalian informasi sekaligus pusat pertemuan ide-ide kreatif bagi masyarakat.

2. Kesehatan

Dalam bidang kesehatan, ketergantungan masyarakat terhadap obat-obat buatan pabrik harus ditekan serendah mungkin. Pemanfaatan apotek hidup perlu lebih digalakkan oleh pemerintah. Dalam hal ini, kegiatan kampanye dan pendidikan masyarakat mengenai pemanfaatan apotek hidup bisa digalang saling berkaitan dengan kegiatan pengembangan serta promosi perpustakaan. Di samping menggali informasi yang sesuai dengan bidang minat mereka, masyarakat bisa menggali informasi tentang tanaman-tanaman obat dari perpustakaan daerah.

Di samping itu, para dokter juga diharuskan untuk memperdalam pengetahuan dan penguasaan mereka akan materi apotek hidup. Dokter harus bisa memanfaatkan unsur-unsur dalam apotek hidup di dalam tindakan pengobatan. Hal ini demi membantu masyarakat agar bisa mendapatkan pengobatan dan perawatan dalam harga yang jauh lebih murah. Sudah saatnya bagi para dokter untuk terjun langsung di dalam kampanye apotek hidup lewat tindak pengobatan yang memakai tanaman-tanaman obat. Stigma bahwa dokter harus terpaku pada obat-obat buatan pabrik sudah harus dihapuskan. Keengganan para dokter untuk memanfaatkan apotek hidup sebagai bagian dari tindakan pengobatan mereka adalah salah satu penyebab utama tingginya pengeluaran subsidi pemerintah bagi anggaran kesehatan. Pengetahuan akan manfaat serta cara pemakaian tanaman-tanaman obat akan sangat membantu pemerintah di dalam mencapai biaya kesehatan yang murah tanpa harus terlalu dibebani oleh ongkos subsidi yang mestinya bisa dipakai untuk urusan lain yang lebih membutuhkannya.

3. Teknologi

Dalam hal teknologi, target yang harus dikejar adalah kemandirian teknologi yang semaksimal mungkin. Fokus utama pencapaian teknologi oleh pemerintah seharusnya adalah di bidang bahan-bahan dasar yang mencakup logam, non-logam berikut teknologi ekstraksinya dari perut bumi. Fokus berikutnya adalah teknologi pengolahan bahan-bahan dasar tersebut. Untuk bidang pertanian, kelautan, elektronika dan teknologi terapan lainnya, karena pembiayaannya bervariasi dan ada lahan-lahan yang tidak terlalu berat pendanaannya, maka masyarakat perlu didorong untuk ikut aktif terlibat dalam pengembangan serta dokumentasinya.

Teknologi yang sudah dikembangkan oleh nenek moyang kita perlu digali dan didokumentasikan agar bisa dijadikan bahan pembanding terhadap teknologi yang akan dikembangkan. Selain sebagai bahan pembanding, warisan teknologi jaman dulu itu mungkin bisa juga diterapkan langsung sekiranya memang layak untuk diterapkan langsung.

Ketergantungan pada teknologi yang dikuasai oleh negara lain hanya akan membuat kita menjadi ‘tawanan’ bagi kepentingan mereka.

Contoh yang paling sederhana dan menyolok mata adalah teknologi dalam industri ternak ayam. Mayoritas teknologi di industri ini dikuasai oleh perusahaan asing. Para pelaku industri ayam, pedaging dan petelur, sangat bergantung pada pasokan DOC (bibit ayam berusia satu hari) yang teknologinya dimonopoli oleh perusahaan-perusahaan asing. Dengan monopoli teknologi tersebut, pihak perusahaan-perusahaan asing menuntut pola transaksi yang sangat mengikat peternak ayam baik dalam hal pengadaan bibit, pakan maupun sarana produksi lainnya. Dengan kedok pola usaha inti-plasma, para peternak banyak yang dijadikan ‘sapi perah’ saja di dalam industri ayam ini. Sebagai plasma, para peternak diikat untuk membeli sebagian besar kebutuhan usaha ternak mereka dari perusahaan-perusahaan asing tersebut. Keuntungan yang diraih oleh pihak perusahaan asing yang menjadi ‘penguasa’ bibit ayam sangatlah besar. Kontribusi mereka terhadap kesejahteraan peternak ayam tidak banyak artinya. Sebenarnya, ayam adalah ternak yang sudah ada sejak jaman dahulu di Indonesia ini. Karena kelalaian kita di dalam mengembangkan teknologi yang bersangkutan dengan ayam ini, maka kita menjadi budak perusahaan asing di industri ayam ini.

Contoh dari bidang lain yang tidak kalah mengkhawatirkan adalah teknologi di bidang bahan-bahan dasar.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi _meta_lurgi kita sangat lemah. Logam adalah bahan dasar yang sangat kita butuhkan dalam menjalankan berbagai macam aktifitas kemasyarakatan. Akan tetapi bangsa kita tidak banyak menaruh perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan logam itu sendiri. Akibatnya, kita hanya menjadi penghasil bahan baku logam saja tanpa kemampuan untuk mengembangkan bahan baku tersebut menjadi bahan-bahan komposit yang sangat berguna bagi kehidupan masyarakat di jaman sekarang ini dan juga nantinya. Kemampuan kita dalam mengembangkan teknologi permesinan menjadi sangat rendah karena lemahnya penguasaan kita di bidang _meta_lurgi ini. Apakah kita akan menjadi produsen bahan baku dan pembeli komposit sampai selama-lamanya?

Untuk bahan-bahan lain di luar logam, keadaan kita sama saja. Kita tidak menguasai teknologi bahan dasar tersebut. Bangsa kita selalu dipatok untuk menjadi penjual bahan mentah dan menggantungkan diri pada bahan olahan dari luar negeri.

Teknologi pertambangan mengalami nasib yang tidak berbeda jauh. Iran yang selama puluhan tahun mengalami tekanan politik dan ekonomi dari Amerika dan negara-negara barat lainnya malah sanggup membangun teknologi di bidang pertambangan minyak bumi dan berani menawarkan jasa keahlian pertambangan mereka untuk proyek-proyek di luar negeri. Sementara itu, Indonesia yang tidak mengalami tekanan seberat Iran, justru tidak pernah sampai pada tingkat kemampuan seperti Iran. Suatu hal yang memalukan.

Kita hanya bisa membuat tender proyek pertambangan dan yang mengerjakan proyek-proyek tersebut adalah bangsa asing karena kita tidak menguasai teknologi yang dibutuhkan untuk melakukan sendiri penambangan tersebut. Kita tidak menguasai teknologinya, akibatnya kita pun tidak bisa melakukan kontrol yang memadai terhadap aktifitas penambangan yang mereka lakukan di Indonesia selama ini.

Sebenarnya, kita juga punya kemampuan untuk menjadi negara yang maju di bidang teknologi ini. Karya bangsa kita di bidang teknologi konstruksi sudah mendapat pengakuan yang luas. Teknologi konstruksi sosrobahu dan juga teknologi pondasi cakar ayam adalah beberapa bukti yang cukup membanggakan bangsa kita.

Beberapa waktu yang lalu, kita sempat digemparkan oleh berita tentang ‘Blue Energy’. Teknologi dan dasar ilmiah bagi proyek blue energy sebenarnya memang ada dan masuk akal. Hanya saja, tahapan penelitian terhadap blue energy ini sebenarnya masih sangat dini, belum mencapai tahap layak dipasarkan. Dengan demikian, pemerintah perlu mangalokasikan tenaga ahli, waktu dan dana untuk mengembangkan ide blue energy ini lebih jauh lagi, sampai ke tahap layak untuk dimasyarakatkan. Jangan sampai kita di sini ribut saling menuduh, sementara itu pihak-pihak lain di luar negeri sudah bergerak untuk mengembangkannya, dan akhirnya kita menjadi konsumen dari ide yang sebenarnya dilahirkan oleh anak bangsa sendiri. Kita harus akhiri kebiasaan mengangkat diri sambil menginjak saudara sebangsa dengan akibat sama-sama tidak menghasilkan apa-apa selain menambah rasa saling curiga. Jika terus demikian, maka keuntungan yang seharusnya diraih oleh bangsa kita bisa berubah menjadi keuntungan bangsa lain, dan kita kembali menjadi konsumen mereka sampai selama-lamanya.

4. Transportasi

Aktifitas transportasi yang lancar dan efisien akan sangat membantu masyarakat di dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari dengan mudah, lancar dan murah.

Saat ini, masyarakat memanfaatkan berbagai macam moda angkutan darat. Mulai dari sepeda dayung, sepeda motor, mobil pribadi, angkutan perkotaan, angkutan pedesaan dan angkutan besar antar propinsi. Di samping jenis-jenis kendaraan tersebut, masyarakat juga memakai angkutan kereta api sebagai salah satu alternatif moda angkutan jarak jauhnya.


Sayangnya, mayoritas moda angkutan tersebut ditenagai oleh bahan bakar fosil. Sebagaimana yang kita ketahui, bahan bakar fosil nantinya akan habis dan kalau kita tidak membuat antisipasinya mulai saat ini, maka kita bisa masuk ke dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Memang, perkiraan tentang akhir dari masa pemanfaatan bahan bakar fosil masih belasan atau puluhan tahun ke depan. Akan tetapi, jika antisipasi yang dilakukan terlambat, maka biaya yang harus dikeluarkan untuk program adaptasi peralihan dari bahan bakar fosil ke sumber tenaga lainnya akan sangat besar. Tidak ada ongkos adaptasi mendadak yang murah.

Untuk kepentingan memulai program adaptasi tersebut, pemerintah bisa memakai sepeda baterai sebagai titik awalnya. Gerakan mempopulerkan sepeda baterai bisa digencarkan sambil memfasilitasi bantuan pendanaan bagi masyarakat yang berminat untuk memiliki sepeda baterai.

Pada tahap awal, mungkin baru pemasyarakatan sepeda baterai yang akan menjadi titik pusat kegiatannya. Selanjutnya, mulai diperkenalkan depot-depot penggantian baterai. Masyarakat pemilik sepeda baterai bisa menukarkan baterai kosongnya dengan baterai yang terisi penuh cukup dengan membayar harga dari daya baterai tersebut. Hal ini bisa dilakukan karena standarisasi baterai bisa diterapkan. Baterai tersebut bisa kita ibaratkan seperti tabung gas di mana masyarakat hanya berkepentingan terhadap gas yang menjadi isi dari tabung tersebut. Teknologi yang diterapkan atas baterai tersebut adalah baterai yang bisa diisi ulang daya listriknya secara leluasa seperti baterai ponsel. Dengan demikian, depot-depot baterai hanya perlu mengusahakan cadangan jumlah baterai yang mencukupi untuk melayani penukaran baterai dan alat pengisian listrik untuk baterai yang mereka terima dari pemilik kendaraan dan mereka bisa meraih keuntungan dari penjualan daya listrik baterai tersebut.

Di dalam pembahasan tentang penyediaan sumber energi disebutkan tentang pengembangan minyak biodiesel. Penggunaan baterai tidak akan mengganggu program pengembangan minyak biodiesel karena tenaga baterai hanya akan diarahkan bagi kendaraan-kendaraan yang berukuran kecil. Sekalipun tenaga baterai mungkin bisa mencapai nilai ekonomis untuk dipakai di kelas kendaraan beroda empat, akan tetapi untuk kelas kendaraan angkutan besar seperti bus, truk dan kereta api, minyak biodiesel lebih kuat untuk menjadi sumber tenaganya.

Ada berbagai keuntungan yang bisa didapat dari pemakaian baterai sebagai salah satu sumber tenaga yang dominan bagi aktifitas transportasi. Pertama adalah kecepatan transaksi. Pemilik kendaraan tidak perlu menunggu baterainya diisi ulang, ia bisa langsung menukarkan baterai kosongnya dengan baterai yang terisi penuh, membayar ongkos dan langsung melanjutkan perjalanannya. Kedua, baterai tidak menimbulkan polusi udara, berbeda jauh dengan bahan bakar minyak sebagai sumber tenaga bagi mesin kendaraan. Ketiga, desa-desa yang mandiri listrik bisa mendapatkan kesempatan untuk meraih penghasilan tambahan dengan membuka depot baterai ini.

Ide ini memang bukan merupakan ide yang bisa diterapkan langsung secara keseluruhan dalam jangka pendek. Pengembangan jenis baterai yang akan distandarisasi akan memakan waktu yang cukup lama. Pembangunan depot-depot baterai juga harus menunggu selesainya standarisasi baterai tersebut. Dengan demikian, baru pemasyarakatan sepeda baterai saja yang bisa langsung digencarkan dalam masa sekarang ini.

5. Kesenian Tradisional dan Modern serta Sektor Kreatif Lainnya

Bidang kesenian termasuk bidang yang memiliki kemampuan alami untuk tumbuh dan berkembang sendiri. Akan tetapi, bidang yang membutuhkan kebebasan serta keleluasaan di dalam menuangkan ide ini membutuhkan kondisi kesejahteraan umum yang baik agar bisa berkembang dengan leluasa dan memiliki cakupan yang luas.

Bidang kesenian modern merambah dimensi yang sangat beragam. Mulai dari ruang lingkup ide sampai pada media penyampaiannya. Karena luasnya dimensi yang dijangkau oleh bidang seni modern ini, maka program yang layak untuk dipertimbangkan – jika ingin memupuk tumbuhnya kesenian modern – adalah penyediaan arena-arena tertutup dan terbuka bagi ekspresi seni, pengagendaan dan bantuan pendanaan bagi forum-forum diskusi seni, pengagendaan serta dukungan dana bagi aktifitas pertunjukan seni, dan yang terakhir adalah dukungan moril dan dana bagi pembentukan sanggar-sanggar seni di lingkungan masyarakat. 


Untuk bidang kesenian tradisional, mengingat standar dan tata nilainya sudah relatif baku, maka bentuk dukungan yang bisa diberikan relatif lebih mudah untuk diprogramkan. Pokok perhatian yang paling utama adalah kebutuhan untuk mempertahankan siklus regenerasi seniman tradisional.

Untuk sektor kreatif lainnya, yakni para pengrajin, maka programnya adalah bantuan teknis kualitas, permodalan, pemasaran dan penggabungan potensi mereka ke dalam wujud kelompok-kelompok pengrajin. Kecenderungan munculnya situasi persaingan bebas akan diatasi dengan menanamkan semangat kebersamaan di dalam kelompok-kelompok pengrajin. Manfaat dari naiknya posisi tawar dalam pengadaan bahan baku dan di dalam penjualan sebagai dampak dari kolektifitas juga akan ditanamkan kepada mereka. Persoalan-persoalan yang dihadapi oleh unit-unit kerajinan tersebut akan diteliti dan akan dicarikan pemecahannya. Para pengrajin akan dilatih untuk mengelola arus kas unit usaha mereka dengan baik. Motivasi untuk mengejar kualitas produk yang lebih tinggi akan ditanamkan lewat cara-cara yang mudah dan senang mereka terima. Kompetisi yang tidak sehat di antara para pengrajin, yang membuat posisi tawar mereka terhadap para pengepul produk kerajinan menjadi sangat lemah, akan ditekan dengan cara memberikan gambaran kerugian yang telah lama mereka derita akibat lemahnya posisi tawar tersebut.

Dukungan terpadu bagi bidang seni dan sektor-sektor kreatif lainnya adalah melalui acara-acara pameran periodik. Acara pameran periodik ini bisa diselenggarakan bersamaan dengan masa-masa liburan sekolah dan masa panen raya. Pameran periodik tersebut akan dikemas dalam bentuk festival rakyat yang akan diselenggarakan di dalam masa liburan sekolah dan kuliah. Dan festival ini akan berlangsung dalam waktu yang relatif panjang, antara satu minggu sampai satu bulan. Segala produk seni dan kerajinan akan ditampilkan di dalam ajang ini.


Masih ada dua area pembahasan yang perlu untuk dicermati walau hanya sekilas saja. Yakni masalah komunikasi dan administrasi.

Untuk komunikasi, tidak banyak yang perlu disampaikan. Hanya ada satu hal yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Kebebasan memperoleh informasi seharusnya menjadi hak warga yang perlu untuk dilindungi oleh pemerintah. Kengototan pemerintah untuk menggolkan UU Rahasia Negara justru menunjukkan bahwa pemerintah sedang menuju ke arah yang berlawanan dengan hak masyarakat untuk memperoleh informasi. Jika pemberangusan lalu lintas informasi tetap diterapkan di negara ini, maka aktifitas komunikasi masyarakat akan sangat terhambat dan ini akan membuat pertumbuhan kebudayaan Indonesia mengalami cacat yang serius. Masyarakat akan gagal mengembangkan kemampuan melakukan self-filtering dan akan menjadi korban empuk provokator di masa depan kalau pemberangusan lalu lintas informasi itu suatu saat nanti dihapuskan.

Sedangkan untuk aktifitas administrasi, hanya satu hal yang perlu mendapatkan perhatian. Selama korupsi masih merajalela di Indonesia, maka akan sia-sia saja setiap ide yang dilontarkan untuk bidang administrasi ini. Yang dibutuhkan adalah komitmen pemerintah dalam pemberantasan korupsi, bukan sekedar tarik ulur kepentingan.

Kesimpulan

Pembangunan kebudayaan adalah suatu usaha yang harus melibatkan berbagai segi kehidupan masyarakat. Dasar bagi sukses pembangunan kebudayaan adalah sumber pangan dan sumber energi yang mencukupi serta mandiri. Akan tetapi, kedua hal ini saja masih belum cukup untuk menjamin sukses pembangunan kebudayaan. Sumber pangan dan sumber energi adalah landasan bagi pembangunan kebudayaan, sedangkan pembentuknya adalah aktifitas-aktifitas kemasyarakatan itu sendiri. Aktifitas produksi, transportasi, komunikasi, rekreasi, edukasi dan administrasi itulah yang akan menentukan bentuk kebudayaan yang sedang dibangun oleh masyarakat.

Dalam penerapannya di lingkup Indonesia, program pembangunan kebudayaan ini akan disesuaikan dengan program-program nasional yang dicanangkan oleh pemerintah pusat. Fokus utamanya adalah membangun masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki kemandirian pangan, gemar membaca, aktif menyalurkan ide-ide kreatif serta aspirasi mereka dengan dilandasi oleh semangat kebersamaan. Strategi untuk mencapai target tersebut adalah dengan menciptakan program-program yang akan diterapkan di tingkat kelompok-kelompok masyarakat.

Sedangkan target yang ingin dilawan adalah pola pikir yang selama ini telah merusak sendi-sendi kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat seperti individualisme dan persaingan bebas. Kedua pola pikir yang bersumber dari paham kapitalisme ini memang bisa memberi keuntungan jangka pendek bagi para pelakunya, namun dampaknya di jangka panjang adalah hilangnya kebersamaan dan suburnya rasa saling curiga. Secara singkat, dampak buruk dari kapitalisme adalah hancurnya harmoni di tengah masyarakat.

Di kalangan masyarakat barat sendiri, dampak buruk tersebut sebenarnya sudah sangat menonjol. Hal ini bisa dilihat dari tingginya jumlah single parent, lonjakan angka penghuni penjara-penjara di negara-negara barat, tingkat konsumsi narkoba yang tertinggi di dunia serta tingginya angka penderita gangguan jiwa di tengah masyarakat mereka. Keunggulan teknologi dan finansial yang dilandasi oleh kapitalisme harus dibayar oleh kehancuran harmoni di dalam masyarakat barat.


Dalam hal membangun kebudayaan, maka kita perlu memperhatikan adanya tarik menarik kepentingan di antara semangat kolektif dengan semangat individualistis. Kegagalan untuk mencapai titik keseimbangan yang adil akan selalu membawa kita pada kehancuran kemanusiaan.

Paham kapitalisme sangat mengagungkan kepentingan individu dan berakibat pada hilangnya kepedulian terhadap sesama manusia dan terhadap alam. Segala sesuatu ingin diukur dengan nilai uang. Kerelaan tidak dikenal, yang ada ialah perhitungan untung-rugi. Bantuan ditakar dalam satuan mata uang. Bantuan yang berupa tindakan nyata akan dibebankan ke pundak petugas hukum, medis dan sebagainya. Masyarakat kapitalis sudah merasa peduli jika mereka sudah ikut dalam bidang pembiayaan. Kepedulian yang berbentuk tindakan terjun langsung mengatasi masalah adalah hal yang asing di mata mereka.

Di pihak lain, paham komunisme berniat untuk membangun kolektifitas. Namun kebencian yang berlebihan terhadap individualisme malah mendorong mereka untuk menempuh jalan yang justru menghancurkan kemanusiaan. Hak-hak individu dalam mengembangkan potensi dan aspirasinya dihancurkan oleh paham komunisme yang ingin mengejar kolektifitas dengan cara paksa. 


Keseimbangan yang adil bukan titik yang mudah untuk diincar, akan tetapi juga bukan sasaran yang hanya ada di dalam mimpi saja.

No comments:

Post a Comment