Saturday, October 11, 2014

YERUSALEM DAN PROSPEK KEAMANAN INDONESIA

Membaca judul di atas mungkin terasa aneh. Apa hubungan antara kota Yerusalem dengan prospek keamanan bangsa kita? Mengapa kita perlu mengaitkan keamanan bangsa Indonesia dengan peristiwa-peristiwa yang sudah, sedang dan akan terjadi di kota Yerusalem? Bagi bangsa-bangsa yang tidak memiliki kaitan erat dengan agama-agama samawi, keamanan nasional mereka mungkin tidak akan banyak dipengaruhi oleh perkembangan yang berlangsung di kota Yerusalem. Namun bagi bangsa-bangsa yang memiliki kaitan erat dengan agama-agama samawi, semua peristiwa yang berkembang di kota Yerusalem bisa berdampak luas bagi keamanan bangsa yang bersangkutan. Sebagai kota yang mendapat perhatian besar dari para penganut agama-agama samawi, Yerusalem menjadi sumbu yang dapat memacu ketegangan antar penganut agama samawi. Dan titik pusat dari sumbu tersebut adalah lokasi yang sekarang ini menjadi tempat berdirinya Masjid Al Aqsa. Bagi bangsa Israel, lokasi tersebut diyakini sebagai tempat berdirinya tempat ibadah kuno penganut Yudaisme warisan dari raja Salomo. Rumah ibadah ini dihancurkan oleh penguasa Romawi di abad pertama masehi. Dalam beberapa abad selanjutnya, lokasi ini oleh pihak Romawi disterilkan dari segala potensi untuk mewujud kembali sebagai situs pusat kegiatan ibadah kaum Yahudi. Ketika kekuatan politik di TImur Tengah dikuasai oleh dinasti-dinasti yang berafiliasi dengan agama Islam, lokasi bekas tempat ibadah kuno kaum Yahudi ini diakui sebagai salah satu tempat suci bagi umat Islam. Untuk meneguhkan pengakuan tersebut, penguasa Turki membangun masjid megah yang sekarang ini kita kenal sebagai masjid Al Aqsa di Yerusalem. Kaum Yahudi sendiri tidak pernah meninggalkan aspirasi mereka untuk membangun kembali tempat ibadah yang akan menjadi pusat kegiatan keagamaan mereka di lokasi tersebut. Dan aspirasi ini selama berabad-abad diwariskan secara turun temurun oleh mereka. Pada abad ke-12 masehi, sebagian bangsawan Eropa keturunan Yahudi berhasil menggerakkan umat Kristen abad pertengahan di Eropa untuk melancarkan apa yang mereka sebut sebagai Perang Salib. Ini adalah perang yang dilancarkan dalam rangka merebut Yerusalem dari tangan penguasa Islam di Timur Tengah. Dan kelompok bangsawan keturunan Yahudi yang tergabung dalam perkumpulan ksatria Templar ini merupakan kelompok utama yang giat menggalang upaya perebutan kota Yerusalem. Perang Salib berlangsung sampai sekitar dua abad dengan meninggalkan berbagai kerugian bagi semua umat yang terlibat. Bagi kalangan masyarakat TImur Tengah, yang saat itu mayoritasnya adalah umat Islam, Perang Salib mewariskan duka berupa kehancuran kota Yerusalem dan berbagai wilayah di Mesir, Palestina dan Siria. Bagi masyarakat Eropa, Perang Salib membuat mereka nyaris bangkrut karena harus membiayai suatu invasi jangka panjang yang gagal. Namun ada satu kelompok yang ternyata justru menangguk keuntungan berlipat ganda dari Perang Salib. Kelompok tersebut adalah perkumpulan ksatria Templar. Berbekal misi untuk mengamankan para peziarah yang ingin melakukan perjalanan ke Yerusalem, perkumpulan ini lalu membangun satu sistem keuangan yang menghasilkan keuntungan besar. Para peziarah yang akan melakukan perjalanan ke Yerusalem dapat menitipkan kekayaan mereka ke dalam pengelolaan kelompok Templar. Sebagai peneguhannya, para peziarah ini akan menerima semacam sertifikat yang dapat dicairkan ke dalam bentuk uang di setiap kantor cabang perkumpulan kesatria Templar. Dengan demikian, para peziarah dapat melakukan perjalanan dengan tentram karena kekayaan mereka diamankan oleh kelompok Templar. Di samping itu, mereka juga tidak perlu bepergian dengan membawa bekal yang terlalu banyak karena sertifikat di tangan mereka dapat dicairkan sesuai keperluan selama perjalanan ziarah di setiap kantor cabang perkumpulan kesatria Templar. Selama dua abad menjalankan sistem keuangan semacam ini, pihak Templar kemudian menyadari bahwa para peziarah cenderung untuk mencairkan sedikit saja dari kekayaan titipan tersebut selama masa ziarah mereka. Padahal nilai dari total kekayaan yang dipercayakan kepada kelompok Templar oleh kalangan umat Kristen yang ingin berziarah ke Yerusalem sangatlah besar. Jika kekayaan titipan tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis lain oleh kelompok Templar selama pemiliknya berziarah, maka keuntungannya akan luar biasa. Dan hal ini memang kemudian dijalankan oleh kelompok Templar. Mereka menjalankan fungsi perbankan di tengah masyarakat Eropa dengan cakupan yang bersifat lintas negara karena memiliki jaringan kantor cabang yang sangat luas. Dengan menjalankan praktek perbankan, kelompok Templar berhasil menimbun kekayaan yang luar biasa. Kekayaan para peziarah yang dititipkan ke dalam pengelolaan mereka dijadikan basis untuk menyalurkan kredit atau pinjaman kepada kalangan pengusaha dan bangsawan di Eropa selama abad 12 sampai abad 13. Dampaknya bagi para bangsawan di Eropa saat itu adalah mereka mulai terjerat hutang kepada perkumpulan kesatria Templar. Berbekal posisi sebagai bankir bagi kalangan bangsawan Eropa, kelompok Templar mulai memainkan peranan penting bagi percaturan politik di Eropa pada abad-abad tersebut. Mereka mulai terlibat dalam permainan kekuasaan di berbagai negara Eropa di abad pertengahan. Namun karena kecenderungan mereka untuk terlalu mendominasi perpolitikan di berbagai kerajaan di Eropa masa itu, akhirnya justru menimbulkan reaksi penolakan yang keras dari keluarga-keluarga kerajaan di Eropa. Dihimpit oleh hutang yang besar kepada kelompok Templar, dan oleh rasa iri hati melihat kekayaan besar yang dikuasai oleh kelompok ini, banyak bangsawan di Eropa lalu mulai berupaya menjatuhkan kelompok Templar. Salah satu kelompok bangsawan kuat yang ingin menjatuhkan kelompok Templar adalah keluarga kerajaan Perancis. Kegagalan invasi ke Timur Tengah merupakan dasar yang paling kuat untuk memadamkan kekuatan pengaruh kelompok Templar di Eropa. Berbagai rumor kemudian disebarkan untuk menggoyahkan kepercayaan kalangan bangsawan Eropa kepada perkumpulan kesatria Templar. Upaya ini berhasil, popularitas kaum Templar memudar seiring dengan semakin redupnya prospek penguasaan kota Yerusalem oleh kaum Kristen Eropa. Memasuki abad ke-14, raja Philip dari Perancis memulai satu gerakan penghancuran kaum Templar dengan menangkap pucuk pimpinan kelompok Templar, James de Molay, dan memenjarakannya. Beberapa waktu kemudian, James de Molay dijatuhi hukuman mati dengan cara dibakar. Aset kelompok Templar di Perancis lalu direbut oleh pihak kerajaan. Kehancuran kelompok Templar berlanjut sampai ke wilayah lain di Eropa karena faktor dukungan dari Paus di Vatikan kepada para bangsawan dalam menghantam kelompok Templar. Dalam waktu singkat, kelompok Templar langsung runtuh dan aset-asetnya disita oleh para penguasa setempat. Situasi berbalik dengan cepat. Kelompok Templar yang tadinya merupakan pemain penting dalam perpolitikan Eropa, berubah menjadi gerombolan buronan yang asetnya dijadikan jarahan bagi para pemburunya. Sebagian kesatria Templar berhasil meloloskan diri dari penangkapan. Mereka kemudian membentuk kelompok-kelompok rahasia sambil tetap menjalankan upaya untuk membangun kembali kekuatannya. Upaya ini dijalankan dengan memakai sisa aset yang berhasil mereka sembunyikan. Swiss adalah salah satu tempat pelarian utama kaum Templar. Dari Swiss, kaum Templar kemudian membangun kembali kekuatan mereka dengan mengandalkan pengalaman mereka dalam menjalankan sistem keuangan selama berabad-abad. Dengan sisa kapasitas finansial yang masih dimiliki, kelompok Templar lalu merancang pembalasan untuk menghancurkan kaum bangsawan dan gereja di Eropa. Ajang pembalasan berlangsung melalui proses yang terencana rapi dan menjangkau periode waktu yang sangat panjang. Rancangan dasar rencana pembalasan itu mencakup upaya melucuti landasan kekuatan politik kaum bangsawan dan gereja sebelum akhirnya melakukan benturan fisik secara langsung pada saat yang dianggap tepat. Selain Swiss, cukup banyak kaum Templar yang berinisiatif untuk masuk ke Amerika setelah terjadi arus migrasi besar-besaran ke benua ini. Di benua baru ini, kaum Templar kemudian membangun kekuatan politik yang tidak terganggu oleh kelompok bangsawan dan gereja di Eropa. Dan negara yang di jaman modern berkembang menjadi polisi dunia tersebut didirikan dengan tujuan utama untuk mewujudkan cita-cita kaum Templar untuk membangun Israel baru. Tentu saja, kelompok Templar sekarang ini tidak menjalankan peranan mereka secara terang-terangan. Perkumpulan kesatria Templar sudah resmi dihancurkan pada abad ke-14. Akan sangat sulit untuk mencermati siapa saja yang termasuk dalam kelompok Templar di jaman sekarang. Hanya keluarga Rothschild yang tidak menutupi keberadaan mereka sebagai salah satu penerus dari kaum Templar. Penerus yang lainnya cenderung merahasiakan keterkaitan mereka dengan kelompok Templar. Namun mereka memiliki beberapa ciri khas yang dapat dicermati di tengah masyarakat dunia. Pertama adalah penguasaan bisnis keuangan. Ini adalah ciri khas yang tidak pernah mereka tinggalkan selama berabad-abad menjalankan pergerakan bawah tanah. Kekuatan dari pengalaman bisnis selama berabad-abad membuat mereka selalu berada di posisi terdepan dalam bidang finansial. Dan mereka menjalankannya dengan memakai wujud institusi keuangan dan perbankan yang berjumlah banyak. Di samping bisnis perbankan, mereka juga melibatkan diri dalam berbagai lahan bisnis yang terkait erat dengan hajat hidup yang paling mendasar bagi masyarakat. Bidang energi, pangan dan media massa adalah bisnis yang banyak digeluti oleh kaum Templar di luar bisnis keuangan. Bermodalkan kekuatan mereka di bisnis keuangan, pangan, energi dan media massa, kelompok Templar menunjukkan kekuasaan mereka kepada masyarakat dunia. Ciri berikutnya yang tidak pernah ditinggalkan oleh kelompok Templar adalah obsesi mereka yang tidak pernah berhenti untuk menguasai kota Yerusalem. Pada abad ke-12 dan 13, kelompok ini mengira bahwa saatnya telah tiba untuk membangun kerajaan Israel di bawah pemerintahan mesias versi mereka. Kelompok Templar lalu berusaha mewujudkan hasrat tersebut. Ternyata hasilnya adalah Perang Salib yang berkepanjangan. Mereka gagal mewujudkan ambisi tersebut di masa Perang Salib karena tingkat teknologi masyarakat Eropa masih di bawah masyarakat TImur Tengah saat itu. Hasilnya adalah kekalahan militer serta hilangnya dukungan masyarakat Eropa terhadap upaya invasi. Dan yang lebih buruk lagi, upaya yang dilancarkan sambil secara terang-terangan tampil sebagai pelopor justru beresiko menjadi tumbal kekesalan jika upaya tersebut gagal. Suatu resiko yang akhirnya memang menjadi kenyataan. Kelompok Templar harus menerima kenyataan berupa penyitaan aset tidak bergerak seperti tanah dan bangunan yang tersebar di berbagai pelosok benua Eropa. Untung saja, mereka masih mampu menyelamatkan sebagian aset bergerak mereka yang mungkin terdiri dari barang-barang berharga. Dan sisa aset tersebut memberi kesempatan untuk membangun ulang kekuatan mereka. Pengalaman pahit ini mendorong mereka untuk memakai pendekatan baru dalam upaya mewujudkan cita-cita penguasaan Yerusalem. Kelemahan utama dari upaya yang mengandalkan dukungan kalangan bangsawan serta pejabat gereja yang masih memiliki kewenangan penuh atas masyarakat di bawah kekuasaan mereka adalah resiko pembalikan situasi. Kelompok Templar memang memiliki kekuasaan keuangan yang besar saat itu. Tetapi mereka tidak memiliki akses langsung terhadap masyarakat umum. Kekuasaan politik atas masyarakat umum masih berada di tangan para bangsawan dan pejabat gereja. Dan bermodalkan kekuasaan politik atas masyarakat umum, kaum bangsawan serta pejabat gereja dapat dengan mudah membalik situasi dari pihak yang dijerat melalui hutang menjadi pihak yang menguasai kekayaan melalui aksi perampasan. Kelompok Templar kemudian mengganti pendekatan dengan mengarahkan kekuatan finansialnya kepada masyarakat umum. Kendali langsung atas masyarakat umum akan lebih menjamin terlaksananya tujuan penguasaan Yerusalem tanpa harus menghadapi resiko pembalikan situasi. Untuk memastikan bahwa pendekatan yang baru ini dapat berjalan lancar, maka landasan kekuasaan politik kaum bangsawan dan Vatikan atas masyarakat umum harus dihancurkan terlebih dahulu. Jika kita pahami ulang berbagai peristiwa penting di Eropa sejak masa kejatuhan organisasi kesatria Templar sebagai unsur-unsur dalam periode pergulatan kekuasaan antara kelompok Templar melawan kaum bangsawan dan pejabat gereja, maka berbagai peristiwa tersebut akan sangat mudah untuk dilihat keterkaitan antara satu dengan lainnya. Dalam rangka menghabisi kekuatan kaum bangsawan dan pejabat gereja, kaum Templar mengambil langkah memutar serta memulai serangan dari bidang yang terkesan remeh. Namun ide utama yang dipakai selalu sama di dalam setiap serangan terhadap basis kekuatan kaum bangsawan dan pejabat gereja. Dan ide utama tersebut adalah kemerdekaan bagi semua kalangan di luar kelompok bangsawan dan pejabat gereja untuk berpikir dan bertindak tanpa diganggu-gugat. Supaya serangan terhadap landasan kekuasaan kaum bangsawan dan pejabat gereja tidak mudah untuk dideteksi, maka titik awal serangan tidak dilancarkan di bidang politik. Masa renaisans adalah periode di mana kemerdekaan dalam menghasilkan karya seni menjadi isu utamanya. Bidang seni adalah bidang yang cenderung dipandang tidak penting oleh para penguasa dan masyarakat. Dan bidang ini cocok untuk dijadikan sebagai titik awal penggembosan kekuasaan para penguasa abad pertengahan. Semangat berkesenian yang tadinya dikendalikan oleh kepentingan penguasa dan pemimpin agama kemudian didorong untuk menuju ke arah semangat berkesenian murni. Seni untuk seni, demikianlah semboyan yang digalakkan di masa renaisans. Dan serangan awal ini berhasil. Kalangan seniman mendapatkan kemerdekaan mereka untuk menghasikan karya-karya seni yang tidak lagi diabdikan untuk kepentingan penguasa dan pejabat gereja. Langkah selanjutnya adalah melepaskan kaum ilmuwan dari kekuasaan kaum bangsawan dan pejabat gereja. Berbekal keberhasilan dalam melepaskan seniman dari kekuasaan bangsawan dan pejabat gereja, maka proses pemisahan kaum ilmuwan dari kekuasaan bangsawan dan pejabat gereja menjadi lebih mudah untuk dijalankan. Tinggal membangkitkan iri hati kaum ilmuwan terhadap kemerdekaan kalangan seniman, maka proses selanjutnya akan berlangsung dengan lebih lancar. Periode aufklarung atau abad pencerahan merupakan masa yang menggambarkan proses pemisahan kaum ilmuwan dari kekuasaan kaum bangsawan dan pejabat gereja di Eropa. Berbagai peristiwa yang menggambarkan kebodohan kaum bangsawan dan pejabat gereja dalam menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan dijadikan landasan untuk memisahkan pengembangan ilmu pengetahuan dari campur tangan mereka. Peristiwa pengadilan terhadap Galileo Galilei oleh gereja merupakan kasus yang dijadikan sebagai pembenaran utama bagi pemisahan pengembangan ilmu pengetahuan dari kepentingan agama dan politik. Empirisme adalah landasan filsafat yang dijadikan tumpuan untuk menutup pintu kalangan ilmiah dari campur tangan para bangsawan dan pejabat gereja. Dan berawal dari filsafat empirisme, lahirlah falsafah materialisme yang menohok langsung ke dasar kehidupan religius di masyarakat. Berbagai isme lainnya kemudian bermunculan secara liar di kalangan akademis Eropa. Salah satu cendekiawan di Eropa bahkan mewariskan sebuah kalimat yang sampai sekarang masih sering dikumandangkan oleh banyak kalangan di lingkungan masyarakat barat. “God is dead,” demikian kata Nietsche. Dan ungkapannya ini bergaung sampai di jaman modern. Seiring dengan dijalankannya upaya penggerogotan kekuatan kaum bangsawan dan pejabat gereja, kelompok Templar juga membangun landasan kekuatan baru yang bertumpu pada kalangan pengusaha. Organisasi bisnis mulai dikembangkan mirip dengan organisasi pemerintahan, membentuk divisi-divisi yang menangani bidang-bidang tertentu serta melahirkan cabang-cabang perusahaan yang tumbuh di berbagai tempat. Didukung oleh berbagai penemuan yang dihasilkan oleh kalangan ilmuwan yang telah mendapatkan kemerdekaan mereka lewat gerakan aufklarung, maka pertumbuhan industri manufaktur menjadi fenomena yang tak terhindarkan di tengah masyarakat Eropa. Penggunaan berbagai teknologi hasil temuan para ilmuwan membawa paradigma baru dalam bidang bisnis. Pabrik-pabrik tidak lagi membutuhkan tenaga terampil dalam pengoperasiannya. Sebagian besar urusan produksi dijalankan oleh mesin. Tenaga manusia hanya diperlukan untuk memantau proses yang berlangsung. Dan ini membuka peluang kerja bagi semua kalangan masyarakat. Revolusi industri merupakan periode di mana struktur penopang utama bagi kekuasaan para bangsawan dan pejabat gereja mengalami pukulan telak. Secara demografi, komposisi masyarakat sudah mengalami pergeseran dari masyarakat agraris ke arah masyarakat industri. Terjadi perubahan struktur dalam masyarakat Eropa. Dan struktur masyarakat yang baru ini memiliki karakteristik yang jauh berbeda dari masyarakat Eropa di abad pertengahan. Masyarakat yang tadinya mengandalkan penghasilannya dari pengolahan tanah, lalu bergeser ke sumber penghasilan yang berasal dari upah kerja di pabrik dan tambang. Kalangan pekerja yang awalnya adalah masyarakat petani di bawah kekuasaan kaum bangsawan feodal secara perlahan mulai dibelokkan loyalitasnya kepada perusahaan dan tidak lagi mengabdi kepada tuan tanahnya. Kaum bangsawan dan gereja yang mengandalkan penguasaan tanah sebagai dasar untuk menguasai kehidupan masyarakat mulai kehilangan landasan kekuasaan tersebut. Urbanisasi merupakan pukulan yang tidak dapat dihindari oleh kaum bangsawan dan gereja di Eropa. Kedua kelompok penguasa kuno ini tidak mampu menyikapi gerakan perubahan yang dirancang oleh kelompok Templar dan mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan langsung di tengah masyarakat. Setelah berhasil memisahkan sumber penghasilan masyarakat dari kekuasaan kaum bangsawan dan gereja serta membangun struktur kemasyarakatan baru (masyarakat industri) yang tidak dipahami oleh kedua kelompok lawannya, kelompok Templar mulai mengarahkan serangannya secara langsung di bidang politik. Periode abad ke-18 sampai abad ke-19 adalah masa di mana kaum bangsawan dan gereja di Eropa menjadi bulan-bulanan revolusi politik. Kedua kelompok penguasa kuno ini sudah tidak memiliki pegangan dalam mengendalikan masyarakat. Kehidupan masyarakat sudah lebih banyak ditopang oleh sektor manufaktur dan bisnis modern lainnya. Pola pikir masyarakat Eropa juga sudah bergeser ke arah empirisme dan materialisme. Karena dasar ketaatan masyarakat terhadap kaum bangsawan dan gereja sudah dihancurkan, maka mudahlah bagi kelompok Templar untuk memulai benturan fisik terhadap kedua kelompok lawannya. Dan revolusi Perancis dijadikan sebagai peristiwa puncak yang menandai kejatuhan kaum bangsawan dan pejabat gereja di Eropa. Pergulatan kekuasaan di Eropa masih berlangsung sampai selesainya Perang Dunia I. Perang tersebut merupakan perang yang dirancang untuk membersihkan sisa-sisa kekuatan kaum bangsawan di Eropa. Sasaran pokok selain pembersihan adalah menjadikan Eropa sebagai wilayah yang murni dikendalikan oleh penguasa yang berasal dari rakyat. Dan struktur kehidupan politik yang baru ini kemudian dibakukan di semua belahan bumi. Agar sistem politik dan ekonomi yang berlandaskan falsafah materialisme bisa diterapkan di semua belahan bumi, maka perlu dibuat versi-versi yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Bagi kalangan masyarakat yang condong ke arah individualisme, maka kapitalisme menjadi versi yang ditawarkan oleh materialisme. Sedangkan bagi masyarakat yang kuat semangat kolektifnya, maka komunisme menjadi versi yang disodorkan. Inti dari kedua versi itu sama saja, yakni memisahkan kehidupan masyarakat dari landasan religius dan campur tangan kaum bangsawan. Memasuki periode jaman modern, kelompok Templar dapat dikatakan telah memenangkan pertarungan politik menghadapi kaum bangsawan Eropa dan juga Vatikan. Kekuasaan kaum bangsawan berhasil dikebiri. Sisa-sisa kaum bangsawan di Eropa sekarang ini hanya mampu tampil sebagai obyek wisata dan obyek penelitian tanpa memiliki kapasitas untuk menegakkan kekuasaan di tengah masyarakat. Di sisi lain, pengaruh Vatikan juga berhasil dibabat. Kegenitan Vatikan dalam mengeluarkan berbagai kebijakan yang bertentangan dengan Kitab Suci selama abad pertengahan membuka peluang bagi kelompok Templar untuk memecah belah umat Kristen. Pada akhirnya, posisi Paus di Vatikan tidak lagi terkait dengan kekuatan politik. Demikianlah, satu demi satu landasan kekuatan kaum bangsawan dan pejabat gereja dihancurkan oleh kelompok Templar. Semuanya berlangsung dalam periode waktu yang sangat lama yakni berabad-abad. Masyarakat Eropa larut dalam sistem politik dan sistem keuangan yang dirancang oleh kelompok Templar ini. Jika dulu hanya kaum bangsawan yang dijerat hutang oleh kaum Templar, belakangan masyarakat umum juga menjadi korban jerat hutang dari berbagai institusi keuangan yang dikendalikan oleh kelompok Templar. Hebatnya, semua itu terjadi dalam kondisi yang seolah-olah alami. Nyaris tidak ada yang menyadari bahwa sistem politik dan keuangan yang ada sekarang merupakan hasil rancangan yang sengaja dibangun untuk memungkinkan kelompok Templar mengendalikan seluruh masyarakat. Prosesnya berlangsung perlahan dengan kemajuan yang tidak menimbulkan banyak kecurigaan bagi masyarakat umum. Hanya ada sedikit kalangan yang berinisiatif menelusuri pergulatan antara kelompok Templar, kaum bangsawan Eropa dan Vatikan. Namun para peneliti partikelir ini tidak memiliki pengaruh yang kuat di tengah masyarakat internasional. Mereka bahkan mengalami demonisasi oleh kelompok Templar yang menguasai media massa global. Akhirnya kita sampai pada saat di mana kelompok Templar mungkin merasa yakin bahwa waktunya sudah tiba untuk membangkitkan kembali kerajaan Israel yang ber-ibu kota di Yerusalem dan memiliki tempat ibadah yang sama seperti yang pernah dibangun oleh raja Salomo jaman dulu. Secara militer, keuangan dan teknologi, masyarakat yang akan mereka tunggangi untuk mewujudkan cita-cita kebangkitan negara Israel sudah memiliki kapasitas yang tidak tertandingi oleh masyarakat yang tinggal di Timur Tengah. Mereka hanya perlu membangkitkan motivasi masyarakat tunggangan ini untuk mendukung cita-cita kaum Templar secara absolut. Kesepakatan Balfour di tahun 1917 memberi kelompok Templar jaminan dukungan dari Inggris saat akan mendirikan negara Israel di Timur Tengah nantinya. Persiapan untuk memberangkatkan kaum Yahudi diaspora ke Timur Tengah kemudian dijalankan. Tanpa banyak penundaan, kaum Yahudi diaspora mulai diberangkatkan ke Palestina. Masyarakat Yahudi yang sejak awal sudah berada di tanah Palestina digerakkan untuk diam-diam membangun institusi-institusi yang secara independen yang berfungsi seperti lembaga-lembaga suatu pemerintahan. Dengan kekuatan finansial dan organisasinya, kelompok Templar berhasil menyusun persiapan-persiapan bagi pembentukan negara Israel lengkap dengan lembaga keamanan yang bersenjata bahkan sebelum negara itu berdiri. Namun perkembangan politik di Eropa pada masa sesudah Perang Dunia I bergerak sangat liar. Akibat beban sanksi pampasan perang yang berat ditambah krisis pasar keuangan yang terjadi di tahun 1929, masyarakat Jerman mulai terpikat pada janji-janji partai NAZI untuk membebaskan mereka dari himpitan beban tersebut. Partai NAZI merupakan partai yang mengusung ide nasionalisme dan sosialisme. Namun di bawah kepemimpinan Hitler, partai ini berkembang meniru ide-ide ultra-nasionalisme yang dibangun oleh Benito Mussolini di Italia. Melihat perkembangan pesat dari partai NAZI, kelompok Jesuit kemudian mengerahkan dukungannya kepada partai ini. Semangat anti Yahudi ditumbuhkan dengan subur di dalam kalangan partai NAZI. Semangat anti Yahudi mudah untuk ditumbuhkan di lingkungan masyarakat Jerman saat itu karena kondisinya memang sangat memungkinkan. Disaat masyarakat Jerman pada umumnya mengalami pukulan berat secara ekonomi, kaum Yahudi di sana justru menikmati posisi sebagai rentenir yang menjerat masyarakat Jerman ke dalam kubangan hutang yang dalam. Hampir semua jerih payah hasil pekerjaan mereka harus disetorkan untuk membayar cicilan hutang kepada para rentenir Yahudi. Kebencian umum masyarakat Jerman kepada orang Yahudi saat itu memang cukup besar. Dan ketika Perang Dunia II meletus, kaum Yahudi harus menghadapi kondisi yang mirip dengan pengalaman kelompok Templar ketika dihantam oleh kaum bangsawan Eropa di abad ke-14. Penangkapan orang-orang Yahudi berlangsung di seluruh penjuru Eropa. Dan penangkapan bukan akhir dari kisah orang Yahudi di dalam kamp-kamp konsentrasi NAZI. Kaum Yahudi dibantai secara massal di dalam kamp-kamp tersebut. Dalam perhitungan kelompok Jesuit, Perang Dunia II akan mengulangi kisah sukses kelompok bangsawan dan gereja di abad ke-14. Pihak Axis akan memenangkan perang dan Vatikan akan kembali menjadi pemain penting di atas panggung politik Eropa. Sayangnya, kelompok Jesuit kurang memperhitungkan sudah seberapa jauh kelompok Templar membangun kekuatannya selama ini. Ketika AS serta Rusia terlibat langsung berhadapan dengan Jerman, angan-angan kelompok Jesuit untuk membalikkan situasi hancur berantakan. Dengan melihat peristiwa Perang Dunia II sebagai perang antara kelompok Templar melawan kelompok Jesuit, akan mudah bagi kita untuk memahami berbagai keanehan yang terjadi selama dan sesudahnya. Kegigihan pihak Axis untuk secara langsung menghantam kaum Yahudi terjadi karena kelompok Jesuit yang berada di balik pihak Axis memang mengetahui bahwa kelompok Templar, yang notabene adalah orang Yahudi, berada di balik pihak sekutu. Demikian pula, keengganan Paus untuk mengutuk fenomena holocaust dalam Perang Dunia II dapat dipahami karena Vatikan memang terlibat di sana melalui ordo Jesuit. Dibutuhkan waktu puluhan tahun sebelum akhirnya Paus Yohanes Paulus II mengambil inisiatif meminta maaf dan mengutuk fenomena tersebut. Pembantaian orang Yahudi selama masa Perang Dunia II, atau lebih dikenal sebagai holocaust, memang nyata terjadi. Akan tetapi jumlah korban 6 juta orang Yahudi adalah angka yang sangat dibesar-besarkan. Suatu penelitian yang dilakukan secara independen oleh seorang warga Israel belakangan malah mengungkapkan bahwa instalasi ruang gas di dalam kamp tahanan di Auschwitz adalah rekayasa. Instalasi tersebut baru dibangun belakangan sebagai monumen atas perintah Stalin. Lalu klaim bahwa Jerman memiliki 22 instalasi ruang gas yang dipakai untuk membunuh orang Yahudi di seantero Eropa belakangan diralat dan hanya 6 instalasi ruang gas yang dinyatakan benar-benar ada. Setelah berhasil menghancurkan semua potensi yang mungkin bisa dipakai oleh kelompok Jesuit di wilayah Eropa, kelompok Templar melanjutkan kembali operasi pemindahan kaum Yahudi diaspora ke tanah Palestina. Lalu pada tahun 1948, mereka memproklamasikan berdirinya negara Israel di Palestina. Proklamasi pendirian negara Israel di tanah Palestina segera menimbulkan pergolakan, terutama di kalangan masyarakat Palestina, yang akhirnya memicu terjadinya perang Arab vs Israel di tahun yang sama. Perang berlangsung antara Israel melawan beberapa negara Arab di sekitarnya. Dan perang tahun 1948 ini dimenangkan oleh Israel karena sudah sejak lama kelompok Templar secara diam-diam membangun kekuatan militer di kalangan imigran Yahudi yang masuk ke Palestina. Di antara semua masyarakat Arab yang terlibat dalam perang ini, warga Palestina adalah yang paling besar kerugiannya. Kegagalan mereka dalam memahami perkembangan situasi selama puluhan tahun sebelumnya membuat mereka terlena dan tidak pernah berinisiatif membangun kekuatan militer sendiri. Akibatnya masyarakat Palestina harus kehilangan sejumlah besar wilayah dan menderita korban jiwa yang sangat besar. Semangat penolakan terhadap keberadaan negara Israel di Timur Tengah masih sangat besar di kalangan negara-negara Arab. Pada tahun 1967, terjadi lagi perang antara Israel melawan beberapa negara Arab. Namun pihak Israel kembali memetik kemenangan dan justru berhasil merebut kota Yerusalem dari penguasaan pasukan Yordania. Di samping itu, wilayah gurun Sinai dan Tepi Barat juga berhasil direbut oleh Israel dalam perang di tahun 1967. Dan pihak Palestina sekali lagi menanggung kerugian yang paling besar. Wilayah mereka semakin menyusut dan sebagian warga mereka harus menjadi pengungsi di Lebanon selatan. Untuk menjamin keamanan di bagian selatan, pihak Israel kemudian setuju untuk mengembalikan gurun Sinai ke tangan Mesir melalui serangkaian diplomasi. Wilayah Tepi Barat juga dikembalikan kepada Yordania. Namun hal ini belum memadamkan semangat tempur sebagian besar negara Arab di wilayah Timur Tengah. Dan pada tahun 1973, terjadi lagi perang antara Israel melawan beberapa negara Arab yang kali ini dimenangkan oleh koalisi negara-negara Arab. Pasukan koalisi Arab berhasil memenangkan perang di tahun 1973 karena mereka mendapat dukungan peralatan dan pelatihan militer dari Uni Soviet. Pada saat itu Uni Soviet adalah salah satu kekuatan militer utama di dunia. Menyadari bahwa dukungan Uni Soviet kepada beberapa negara Arab akan menjadi hambatan besar bagi terwujudnya cita-cita membangun ulang kejayaan Israel kuno, kelompok Templar mengerahkan kekuatannya untuk menjatuhkan kekuatan blok komunis. Hal ini cukup mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama karena komunisme adalah salah satu cabang dari materialisme yang dikembangkan oleh kelompok Templar beberapa abad yang lalu melalui Karl Marx yang adalah orang Yahudi. Kelemahan utama paham komunisme adalah ketidakmampuannya dalam menempatkan posisi manusia di tengah alam semesta. Karena tidak memiliki landasan apapun untuk membedakan manusia dari unsur lain di dunia, akhirnya paham komunisme menyamakan manusia dengan mesin pabrik. Akibatnya rakyat yang berada di bawah pemerintahan kaum komunis akan mengalami penindasan dari kalangan elit partai dan diperlakukan tidak lebih dari mesin. Dan kelemahan mendasar ini juga membuat sesama elit partai akan selalu berada dalam posisi saling terkam. Dengan memahami kelemahan pokok dari paham komunisme tersebut, kelompok Templar hanya perlu mengkampanyekan slogan hak asasi manusia dan memamerkan hedonisme yang dinikmati oleh masyarakat kapitalis. Hasilnya segera muncul dalam waktu singkat. Memasuki dekade 1990-an paham komunisme sudah ambruk dan Uni Soviet terpecah menjadi beberapa negara kecil, menyisakan Rusia sebagai negara besar yang selalu rawan terhadap goncangan politik. Negara-negara yang masih kukuh berpegang pada paham komunisme hanya tinggal Kuba dan Korea Utara. China sendiri sudah sejak tahun 1980-an bergerak menuju struktur yang tidak dapat disebut sebagai negara komunis lagi. Dimotori oleh Deng Xiaoping yang berprinsip, “Tidak peduli apa pun warna bulunya, yang penting bisa menangkap tikus, maka kucing itu akan dipakai,” pihak penguasa China menjalankan sistem politik terpusat sambil menjalankan sistem ekonomi yang liberal. Hasilnya adalah negara ‘komunis’ dengan angka pertumbuhan ekonomi yang selalu berada di atas 7% dengan ditingkahi oleh kehadiran McDonald dan Coca-cola di tengah masyarakatnya. Dan China belakangan justru menjadi salah satu negara pemberi hutang terbesar bagi AS dengan nilai kredit yang mendekati 2 triliun dolar AS. Demikianlah, sebagian besar tanah Palestina berikut kota Yerusalem sudah dikuasai. Blok komunis yang memberi dukungan militer bagi beberapa negara lawannya juga sudah diruntuhkan. Selanjutnya mudah bagi kita untuk menduga bahwa langkah berikut dari kelompok Templar adalah pembangunan tempat ibadah utama di Yerusalem. Dan di sinilah terdapat masalah terbesar yang mau tidak mau pasti akan berdampak luas. Lokasi yang diyakini oleh masyarakat Yahudi, dan juga kelompok Templar, sebagai lokasi tempat pernah berdirinya rumah ibadah tersebut sekarang sudah terpakai sebagai lokasi masjid Al Aqsa. Menggusur masjid Al Aqsa untuk membangun rumah ibadah kaum Yahudi jelas akan menjadi peristiwa besar yang menimbulkan goncangan di seluruh dunia. Namun kelompok Templar tidak surut dari niat mereka untuk menggusur masjid Al Aqsa. Sejak berhasil memastikan kejatuhan blok komunis, kita melihat bahwa perhatian mereka kembali terpusat ke Timur Tengah. Berbagai peristiwa yang terjadi di Timur Tengah sejak masa 1990-an ini tidak lepas dari gerakan mereka untuk mempersiapkan penggusuran tersebut. Berbagai kelompok yang mengambil posisi berhadapan melawan negara Israel langsung mendapat cap sebagai kelompok teroris. Pihak Templar menggerakkan militer Israel untuk menindas masyarakat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Aksi militer dan polisi Israel dimaksudkan untuk memprovokasi kelompok-kelompok yang anti Israel agar mengadakan aksi balas dendam di berbagai penjuru dunia. Hasilnya efektif. Banyak aksi balasan muncul di berbagai belahan dunia. Dan yang menjadi target pembalasan adalah perusahaan atau warga masyarakat barat karena kelompok-kelompok anti Israel tersebut tidak bisa menarget kepentingan Israel di luar negeri. Hampir tidak ada perusahaan Israel yang beroperasi di wilayah yang keamanannya tidak terjamin. Dan karena dukungan absolut dari AS terhadap posisi Israel di Timur Tengah, maka kelompok-kelompok anti Israel menyamaratakan kepentingan barat dan Israel. Negara-negara yang oleh kelompok Templar diindikasikan berpotensi untuk menjadi halangan terhadap rencana penggusuran masjid Al Aqsa juga mulai dilemahkan dan diposisikan sebagai pendukung terorisme. Tidak cukup di situ saja. Kelompok Templar juga berinisiatif menjatuhkan para pemimpin negara yang mereka anggap memiliki kekuatan yang mengakar serta akan menentang peristiwa penggusuran ini nantinya. Di tengah masyarakat barat sendiri, kelompok Templar membangkitkan histeria anti terorisme. Sejak periode 1990-an, serangan bom dan berbagai aktifitas yang dikaitkan dengan terorisme mengalami peningkatan. Masyarakat barat didorong untuk menjadi paranoid terhadap hal-hal yang terafiliasi dengan identitas Islam. Kesan yang ditanamkan ke dalam benak masyarakat barat adalah bahwa komunitas Islam identik dengan terorisme. Puncak peristiwa yang memposisikan masyarakat barat berhadapan dengan masyarakat Islam adalah kejadian penghancuran menara WTC di New York tanggal 11 September 2001. Peristiwa yang selanjutnya lebih dikenal sebagai peristiwa 9/11 oleh masyarakat barat dipandang sebagai aksi terorisme yang harus mendapat reaksi keras. Peristiwa 9/11 sendiri menimbulkan keraguan di benak cukup banyak orang. Apakah mungkin bangunan yang didirikan dengan standar AS itu dapat dirobohkan hanya dengan mengandalkan tabrakan dari pesawat penumpang? Jika tabrakan dan ledakan dari pesawat-pesawat penumpang tersebut memang dapat meruntuhkan kedua bangunan yang ditabrak, lalu bagaimana menjelaskan runtuhnya bangunan ketiga yang sama sekali tidak ditabrak oleh pesawat apapun? Dan menara yang juga menjadi kantor bagi sekian ratus orang Yahudi itu, mengapa tepat di hari naas tidak ada orang Yahudi yang masuk kerja dan akhirnya mereka lolos dari bencana? Berbagai analisis yang mengungkapkan kecurigaan bahwa peristiwa 9/11 merupakan aksi intelejen banyak beredar di kalangan masyarakat. Namun, dengan kekuatannya di bidang media massa, kelompok Templar berhasil menjadikan peristiwa 9/11 sebagai tonggak sejarah baru dalam menetapkan posisi masyarakat barat berhadapan dengan masyarakat Islam. Dan keberadaan kelompok Al Qaeda membuat perkara pengendalian opini publik menjadi hal yang mudah bagi kelompok Templar. Serangan balasan kemudian disusun. Iraq dan Afghanistan ditetapkan sebagai target invasi militer. Iraq diincar dengan alasan memiliki senjata pemusnah massal. Niat sesungguhnya adalah untuk menjatuhkan Sadam Husein dan menciptakan kekacauan di Iraq. Presiden Iraq ini tidak berhasil dijatuhkan melalui pemberontakan internal walaupun rakyat Iraq sudah dibuat menderita selama masa embargo. Sejak invasi pertama ke Iraq di tahun 1990-an, kelompok Templar sudah berusaha membangkitkan potensi pemberontakan internal di Iraq dengan cara membuat rakyat Iraq sengsara di bawah tekanan embargo ekonomi. Namun Sadam Husein berhasil menjaga agar tidak ada satupun tokoh di Iraq yang berani memberontak dan membangkitkan kekacauan di tengah masyarakat Iraq. Akhirnya Sadam Husein diserang dan dijatuhkan secara langsung. Alasan semula mengenai kepemilikan senjata pemusnah massal memang tidak pernah terbukti. Komite penyelidik yang dibentuk untuk mencari keberadaan senjata pemusnah massal tersebut setelah kejatuhan Sadam Husein tidak pernah berhasil menemukan satupun senjata yang dimaksud. Pihak Iraq sudah berinisiatif meniadakan senjata pemusnah massal sejak kekalahan mereka dalam perang pertama di tahun 1990-an. Namun karena Sadam Husein merupakan pemimpin yang memiliki basis kekuatan cukup besar dan mampu mempertahankan persatuan bangsa Iraq, maka dia tetap harus dijatuhkan dan Iraq tetap harus dibuat kacau. Afghanistan diincar dengan alasan merupakan tempat persembunyian bagi Osama bin Laden yang menjadi pimpinan kelompok Al Qaeda. Pada kenyataannya, alasan utama invasi ke Afghanistan adalah untuk menghadang niat China yang ingin menghidupkan kembali rute jalur sutera di jaman modern. China, India dan Pakistan adalah negara-negara industri yang jelas akan diuntungkan jika jalur sutera dihidupkan kembali di jaman modern. Sedangkan Iran merupakan negara dengan cadangan sumber energi minyak dan gas yang melimpah. Dan Afghanistan ternyata memiliki potensi untuk menjadi negara super kaya. Afghanistan berada di wilayah dengan kandungan lithium yang paling besar di dunia. Sebagaimana kita ketahui, lithium adalah bahan baku untuk baterai ponsel dan peralatan elektronik lainnya. Jika potensi tambang lithium di Afghanistan sudah digarap dalam skala industri, maka kekayaan Afghanistan tidak akan kalah dari kekayaan Arab Saudi. Belakangan terbukti bahwa lokasi persembunyian Osama bin Laden sebenarnya bukan di Afghanistan melainkan di Iran. Namun kelompok Templar memang tidak ingin jalur sutera ini dihidupkan kembali di jaman modern. Semua wilayah yang akan dihidupkan oleh jalur sutera jaman modern harus dibuat kacau dan tidak sempat berpikir tentang prospek tersebut. Setelah menjatuhkan Sadam Husein dan mencegah potensi peningkatan kekuatan China, langkah selanjutnya yang dikerjakan oleh kelompok Templar adalah menghancurkan negara-negara yang didominasi oleh umat Islam. Tujuannya adalah untuk mengacaukan konsentrasi masyarakat Islam. Pada waktu peristiwa penggusuran masjid Al Aqsa terjadi, umat Islam diharapkan sedang terbenam dalam kubangan kekacauan di lingkungan mereka masing-masing. Mengandalkan keberadaan WTO, kelompok Templar sudah sejak lama berhasil memaksakan pembukaan pintu-pintu perdagangan bahan pangan internasional. Banyak petani di negara-negara Islam bangkrut karena kalah bersaing harga dengan produk pangan dari negara-negara barat. Namun karena saat itu sebagian besar negara Islam di Timur Tengah masih mampu untuk menghidupi para petani yang sudah bangkrut ini, maka keamanan masing-masing negara masih dapat ditangani. Sayangnya, langkah lanjutan dari kebanyakan negara di Timur Tengah adalah membiarkan produksi pangannya lumpuh lalu mengandalkan bahan pangan yang diimpor dari negara-negara barat. Tidak ada inisiatif sama sekali untuk mempertahankan produksi pangan nasional mereka. Dan ketika kelompok Templar menyerang titik lemah tersebut, hasilnya adalah kekacauan yang meluas di hampir semua masyarakat Timur Tengah. Titik awal serangan dimulai dari peristiwa yang sekilas tampak tidak ada kaitannya dengan masyarakat Timur Tengah. Pada tahun 2008 terjadi krisis keuangan di pasar kredit perumahan di AS. Dan karena sistem keuangan dunia sudah terintegrasi dengan erat, maka krisis di bidang kredit perumahan AS kemudian meluas menjadi krisis pasar keuangan dan pasar modal global. Banyak perusahaan keuangan dan bank yang sudah terlanjur terlibat dalam pasar uang di AS ikut terkena dampak dari krisis kredit perumahan tersebut. Pemerintah AS lalu ditekan untuk menyelamatkan beberapa perusahaan besar yang akan menimbulkan dampak kekacauan di perekonomian AS jika dibiarkan jatuh bangkrut. Akhirnya pemerintah AS menganggarkan dana khusus untuk penyelamatan perusahaan-perusahaan besar yang terancam bangkrut akibat dampak krisis finansial 2008. Mekanisme yang dikenal sebagai proses bail-out ini merupakan taktik dari kelompok Templar untuk memindahkan dana dari tangan pemerintah AS ke tangan perusahaan-perusahaan yang mereka kendalikan. Setelah dana berada di tangan, hal yang mereka lakukan bukannya menjalankan upaya pembenahan perusahaan. Dana bail-out dipakai untuk bermain di bursa komoditas global. Memasuki tahun 2010, kelompok Templar mulai menaikkan harga minyak mentah dan bahan pangan di dunia melalui transaksi di bursa komoditas. Karena besarnya jumlah dana bail-out yang diberikan oleh pemerintah AS, maka harga minyak bumi dan gandum di pasaran internasional dapat dengan mudah dipermainkan. Banyak negara yang mengandalkan gandum sebagai makanan pokok mulai mengalami kekacauan. Negara-negara di Timur Tengah yang selama ini tidak menjaga produksi pangan nasional mereka mengalami kehancuran. Masyarakat mereka akhirnya terbenam dalam perang saudara yang masih berlanjut sampai dengan sekarang ini. Para eksekutif perusahaan besar yang menerima dana bail-out ini memperoleh bonus akhir tahun yang besar dari perusahaan masing-masing. Perusahaan yang mereka pimpin mengalami masalah keuangan. Solusi yang mereka jalankan untuk mengatasi masalah adalah dengan memindahkan sebagian besar pekerjaan produksi ke China yang upah buruhnya rendah. Solusi mereka jelas menambah jumlah pengangguran di AS. Lalu dana bail-out yang diterima justru dimainkan di pasar uang serta bursa komoditas. Semua ini tentunya menimbulkan pertanyaan apakah mereka layak menerima bonus akhir tahun yang jumlahnya besar? Tentu saja, di mata kelompok Templar, mereka layak menerima bonus akhir tahun. Mereka berhasil mencapai target menciptakan kekacauan di tengah masyarakat Islam di Timur Tengah. Libya merupakan kasus yang berbeda. Pemimpin Libya, Muamar Khadafi, ternyata memiliki minat yang tinggi terhadap ketahanan pangan bangsanya. Selama puluhan tahun, Muamar Khadafi berhasil membangun ketahanan pangan yang cukup tangguh bagi bangsa Libya. Untuk itu, kelompok Templar memanfaatkan kejatuhan para pemimpin di negara-negara Arab yang lain untuk mendorong unsur-unsur internal di Libya bangkit menuntut agar Khadafi mundur dari kekuasaan. Tuntutan mereka jelas ditolak, dan Libya tercebur dalam kancah perang saudara. Pada awalnya, pihak pendukung Khadafi berada dalam posisi unggul karena dia memang berprestasi menyejahterakan rakyatnya dan memiliki akar dukungan yang kuat. Namun karena dominasi media massa berada di tangan kelompok Templar, maka masyarakat dunia berhasil diarahkan untuk memandang keunggulan kelompok Khadafi ini sebagai aksi penindasan terhadap rakyat Libya. Negara-negara barat kemudian mendapat lampu hijau dari PBB untuk menjatuhkan Muamar Khadafi lewat aksi militer. Dan setelah Khadafi tumbang, kelompok Templar membenamkan masyarakat Libya ke dalam kekacauan perang saudara tanpa juntrungan yang jelas siapa berperang melawan apa dan dengan tujuan mau apa? Dari sekian banyak negara yang didominasi oleh umat Islam, tinggal tersisa Iran, Pakistan, Malaysia dan Indonesia yang berhasil lolos dari serangan melalui harga BBM dan bahan pangan gandum. Iran lolos dengan mengandalkan pasokan gandum dari Rusia dan dukungan industri China yang masih ingin mewujudkan kebangkitan jalur sutera jaman modern. Pakistan juga lolos karena mengandalkan posisinya sebagai negara dengan kekuatan nuklir. Pihak barat belum berani membiarkan Pakistan tenggelam dalam kekacauan mengingat kepemilikan rudal nuklir di tangan Pakistan. Sedangkan Indonesia dan Malaysia lolos karena adanya perbedaan bahan makanan pokok. Serangan ditujukan ke harga bahan pangan gandum, sedangkan makanan pokok bangsa Indonesia dan Malaysia adalah beras. Dengan demikian, hanya dampak dari kenaikan harga BBM yang sempat mengguncang Indonesia dan Malaysia. Dampak dari kenaikan harga gandum di pasaran internasional hanya mengenai bahan pangan yang terkait dengan pemakaian tepung terigu. Namun niat kelompok Templar untuk menggusur masjid Al Aqsa jelas tidak akan mereka batalkan. Mereka sudah sampai pada tahap menghancurkan masyarakat Islam di Timur Tengah. Selanjutnya, Iran mungkin akan menjadi incaran terdekat mereka sebelum beralih menghancurkan negara-negara berpenduduk mayoritas Islam yang tersisa. Jika arah gerakan mereka seperti itu, berarti bangsa Indonesia masih memiliki waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi gempuran selanjutnya. Dan serangan tersebut kemungkinan besar akan dilakukan melalui harga bahan pangan, harga BBM serta melalui kurs dolar AS. Kondisi ketahanan pangan kita sebenarnya tidak dapat dikatakan kuat. Kita lebih sering berada dalam posisi mengimpor beras ketimbang swasembada. Selama 70 tahun usia kemerdekaan kita, hanya di tahun 1984 dan tahun 2009 kita mencapai posisi swasembada beras. Ini berarti hanya 2 tahun swasembada berbanding 68 tahun mengimpor. Dan beras ini sudah termasuk dalam kategori bahan pangan yang diperdagangkan di bursa komoditas internasional. Jika kelompok Templar memainkan harga beras internasional pada saat posisi kita sebagai pengimpor, maka kita akan berada dalam kesulitan besar. Sebenarnya, kalau fokus kita adalah pemenuhan kebutuhan karbohidrat, maka kita dapat lebih leluasa melakukan substitusi jika ketersediaan beras menjadi terbatas. Kesuburan alam kita sangat memungkinkan bagi penyediaan bahan pangan yang menghasilkan karbohidrat dalam jumlah yang mencukupi. Tentu saja, kecukupan karbohidrat yang dilandasi oleh fleksibilitas pola konsumsi ini menuntut keberanian kita untuk memerdekakan diri dari ketergantungan terhadap beras. Sedangkan dalam hal penyediaan protein kita juga berada di jalur yang salah. Ikan laut yang seharusnya menjadi andalan pasokan protein kita justru dibiarkan dicuri habis-habisan oleh nelayan asing. Dan kita bergenit-genit dengan impor sapi dari Australia. Dalam hal ketahanan energi, kondisi kita tidak lebih baik dari posisi ketahanan pangan. Negara kita sudah menjadi pengimpor murni dalam hal BBM. Program konversi minyak tanah ke LPG memang sedikit menolong posisi kita. Namun instalasi pembangkit listrik kita masih banyak yang mengandalkan BBM, padahal kita memiliki cadangan gas dan batu bara yang cukup memadai untuk memasok kebutuhan instalasi pembangkit listrik. Seharusnya generator-generator pembangkit listrik yang ditenagai oleh BBM sudah sepenuhnya dikonversi dan menggunakan gas serta batu bara. Dengan demikian sektor listrik kita masih bisa diamankan jika terjadi gejolak harga BBM. Industri kendaraan bermotor juga menjadi masalah besar bagi ketahanan energi kita. Agresifitas produsen kendaraan bermotor dalam penjualannya telah menciptakan kondisi gelembung ekonomi yang berpotensi menciptakan krisis keuangan jika terjadi masalah di pasar kendaraan bermotor. Kebijakan pemerintah menetapkan batas bawah uang muka kendaraan bermotor tampaknya tidak dituruti oleh pihak produsen kendaraan bermotor. Akibatnya adalah posisi kredit yang berlebihan di pasar kendaraan bermotor. Sebelum gelembung ekonomi di pasar kendaraan bermotor ini pecah, sebaiknya penataan kredit kendaraan bermotor lebih dipertegas. Kuantitas subsidi BBM yang selalu jebol merupakan indikasi bahwa ekspansi di pasar kendaraan bermotor sudah harus mendapat tanggapan yang lebih serius. Dalam hal menjaga ketahanan kurs Rupiah terhadap mata uang asing, kita juga teledor dan membiarkan dana asing menumpuk di pasar keuangan jangka pendek. Seharusnya arus dana asing diarahkan pada bidang-bidang investasi jangka panjang sehingga para pemodal asing tidak bisa seenaknya menarik keluar dana mereka setiap saat mereka menginginkannya. Kalaupun dana asing diperbolehkan menumpuk di bursa keuangan jangka pendek, perlu ada ketentuan yang memberikan penalti untuk menutupi kerugian bangsa kita jika terjadi penarikan keluar dana asing dalam jumlah besar. Namun pemerintah agaknya tidak melakukan langkah pengamanan terhadap penumpukan dana asing di bursa keuangan jangka pendek. Indeks saham di BEJ sudah bergerak di kisaran angka 5000-an akibat arus masuk dana asing. Hal ini semestinya disikapi dengan penuh kewaspadaan. Jika terjadi penarikan besar-besaran dana asing dari Indonesia, pasar uang kita bisa terjerembab seperti peristiwa di tahun 1997-1998. Kondisi ketahanan pangan, energi dan kurs Rupiah kita ternyata sangat rentan terhadap gejolak yang terjadi di pasaran internasional. Jika kelompok Templar melancarkan serangan melalui pasar uang dan bursa komoditas internasional secara khusus ke arah kita, maka Indonesia bisa jatuh ke dalam kekacauan seperti yang sudah dialami oleh banyak negara Arab di Timur Tengah. Suka atau tidak suka, kelompok Templar tetap memandang bangsa Indonesia sebagai salah satu kekuatan yang berpotensi besar untuk membangkitkan perlawanan jika proyek penggusuran masjid Al Aqsa mereka jalankan. Inikah hal yang dimaksudkan oleh Jayabaya melalui ungkapan tentang periode ‘goro-goro’? Apakah kita akan menyaksikan peristiwa yang mengakibatkan ‘wong jowo kari separo, wong cino kari sejodo’?