Thursday, June 12, 2008

POTONG GAJI PEJABAT TINGGI?

Potong Gaji Pejabat Tinggi
Dalam rangka menghadapi dampak dari berbagai kenaikan harga berskala dunia pihak pemerintah Malaysia telah mengumumkan keputusan untuk memotong gaji para pejabatnya sebanyak 10%. Keputusan ini merupakan suatu tindakan yang menghasilkan penghematan sekitar 500 jutaan dolar Amerika bagi anggaran belanja Malaysia. Jika dihitung menurut mata uang Indonesia, maka jumlah penghematan itu adalah sekitar 5 trilyun Rupiah. Ini jelas bukan angka yang kecil. Kalau di Malaysia bisa dilakukan tindakan pemotongan gaji bagi para pejabat tingginya, bagaimana dengan kita di Indonesia? 
Tanggapan atas ide pemotongan gaji bagi pejabat tinggi di Indonesia ini sangat beragam. Ada yang sangat setuju jika gaji para pejabat tinggi itu dipotong. Ada yang kurang sependapat, dan berpikir bahwa yang lebih perlu untuk dilakukan adalah menekan angka pemborosan yang diakibatkan oleh korupsi dan pungli. Ada pula yang berpikir bahwa sebaiknya bukan gaji para pejabat tinggi yang dipotong, lebih baik leher mereka itu yang dipotong. 
Demikianlah, dari ide tentang pemotongan gaji pejabat, kemudian muncul ide untuk memotong leher pejabat. Seperti kejadian di wilayah Afrika. ketika terjadi pertikaian antar suku, jumlah korban yang terjadi akibat tindakan potong memotong ini mencapai hampir sejuta orang. Bangsa tetangga yang cukup dekat dengan kita juga pernah melewati masa pemotongan ini dengan jumlah yang mencapai sekitar 2 juta orang. Jika kita cari siapa juara umum dalam urusan potong memotong ini, jawabnya mungkin adalah Hitler, yang berhasil mencemplungkan puluhan juta orang ke dalam ajang perang besar bernama Perang Dunia II. 
Sebagai bangsa timur yang memegang adat ketimuran, tentunya kita tidak ingin acara pemotongan yang semacam itu terjadi di sini. Hal-hal semacam ini jelas-jelas sangat bertentangan dengan nilai-nilai tradisi leluhur kita. Ada sangat banyak alasan yang bisa kita kemukakan untuk menolak terjadinya acara pemotongan yang semacam ini. Lantas bagaimana dengan prestasi bangsa kita dalam urusan potong memotong ini? Tidak kalah mentereng dari bangsa-bangsa lainnya. Bangsa kita sudah berkali-kali menjalankan acara pemotongan ini. Yang paling terkenal adalah peristiwa di sekitar tahun 1965-1966. Pada masa itu, jumlah yang dipotong diperkirakan antara 500 ribu sampai 3 juta orang. Dan acara ini diulangi lagi dalam berbagai kerusuhan yang berlangsung di banyak daerah beberapa tahun yang lalu. Jumlah yang dipotong memang tidak sebanyak di tahun 1965-1966, akan tetapi kita melakukannya disaat bangsa-bangsa lain pada umumnya sudah bergerak meninggalkan acara potong memotong ini. 
Dalam hal gaji para pejabat tinggi, kita tentu saja harus berpikir jernih sebelum mengusulkan sesuatu tindakan terhadap gaji mereka. Bangsa kita belakangan ini dinilai sudah masuk ke dalam kelas bangsa miskin. Sedemikian miskinnya bangsa kita di mata mereka sampai-sampai banyak negara yang merasa berhak untuk mengambil apa saja yang mereka mau dari wilayah kita. Satu demi satu pulau kita mulai hilang. Ada yang berpindah tangan melalui persengketaan hukum, dan bahkan ada yang berpindah tempat secara fisik lewat cara pengerukan. Satu demi satu kekayaan tambang dan hutan kita berpindah ke tangan bangsa asing melalui berbagai macam kontrak yang tidak memberi kita hasil yang layak atas pengambilan dan pengolahannya. Di mata bangsa-bangsa asing, kita ini tak ubahnya seperti bangsa gembel yang lusuh dan melarat. 
Menghadapi situasi dan pandangan yang semacam ini, para pejabat tinggi kita bangkit untuk melawan kesan lusuh dan melarat itu. Mereka bergerak memamerkan kemampuan untuk tampil rapi dan mentereng di mata bangsa-bangsa asing. Dalam hal belanja, mereka punya kelas yang tidak kalah dengan orang-orang kaya dari negara-negara kaya. Nah, untuk menjaga penampilan dan kemampuan belanja itu, mereka memerlukan penghasilan yang sangat tinggi. Dengan uang gaji saja, semua itu tidak akan terpenuhi. Mereka membutuhkan sumber-sumber penghasilan tambahan untuk bisa meneruskan perjuangan tersebut. Salah satu sumber yang paling banyak memberikan hasil bagi mereka adalah apa yang mereka sebut sebagai kesalahan prosedur. 
Demikianlah, melalui perjuangan berat serta lewat berbagai macam prosedur yang benar dan yang salah mau pun yang dipradugakan tidak bersalah, mereka menunjukkan bahwa bangsa ini masih mampu untuk tampil mewah dan parlente. Ini jelas sangat menaikkan citra bangsa kita di mata para pengusaha bangsa asing. Buktinya para pengusaha asing itu berbondong-bondong datang ke Jakarta menawarkan berbagai macam barang mewah kepada para pejabat kita. Di samping itu, bagi para anggota parlemen, mereka juga harus menunjukkan kebaikan hati kepada para pendukungnya. Aksi pamer kebaikan hati ini jelas membutuhkan biaya yang sangat besar pula. Bisa dikatakan bahwa mereka harus menghambur-hamburkan uang untuk menjaga loyalitas para pendukungnya melalui berbagai macam bentuk sumbangan dan acara-acara yang menelan dana cukup besar. Di atas semua itu, para anggota parlemen ini tak lama lagi akan menghadapi masa pemilu, dan itu berarti harus ada penghamburan uang lagi untuk bisa terpilih kembali. 
Agar perjuangan mereka memamerkan kemewahan dan kebaikan hati tidak terganggu, tentunya kita tidak boleh mengganggu apa lagi memotong uang gaji mereka. Pemotongan atas nama apapun terhadap uang gaji mereka hanya akan merusak kemampuan mereka untuk hidup mewah, memberi sumbangan dan menggelar berbagai macam acara hiburan. 
Demikianlah esai saya, kampretable, mengenai masalah pemotongan gaji pejabat tinggi dan saya berjanji untuk tidak membuat esai semacam ini lagi.

No comments:

Post a Comment